Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu 20 Juli 2017 mengatakan bahwa dirinya menyesal memilih Jeff Sessions sebagai Jaksa Agung AS.
Ia mengaku, menyesali pilihan tersebut setelah mengetahui bahwa, Sessions --yang juga merupakan kolega terdekat miliarder nyentrik itu selama kampanye Pilpres AS 2016-- menyatakan secara resmi untuk tidak terlibat dalam penyelidikan soal dugaan keterkaitan Rusia dan Trump.
Presiden Trump menyatakan keberatan atas keputusan jaksa agung pilihannya itu. Ia berpendapat, penarikan diri Sessions dari penyelidikan tersebut, memicu terpilihnya Robert Mueller sebagai kepala Special Counsel.
Advertisement
Mueller mengepalai tim investigasi independen bentukan Jaksa Agung-- yang saat ini memimpin penyelidikan dugaan relasi Trump-Rusia pada Pilpres AS 2016 serta tuduhan menghalang-halangi proses penegakan hukum yang ditandai dengan pemecatan direktur FBI sebelumnya, James Comey.
"Sessions seharusnya tidak cuci tangan dari proses penyelidikan. Jika dari awal dia berencana untuk menarik diri, seharusnya ia memberitahukan kepada saya, sebelum saya memilihnya sebagai Jaksa Agung. Jika saja saya tahu sedari awal, saya akan memilih orang lain sebagai Jaksa Agung," kata Presiden Trump, dalam sebuah wawancara khusus dengan New York Times, Kamis (20/7/2017).
Baca Juga
"Jeff Sessions mengambil jabatan dan pekerjaan itu, dan kemudian ia menarik diri. Jujur saja, itu merupakan tindakan mencurangi presiden," jelas Trump menyatakan kekecewaannya pada Sessions.
Trump juga menyatakan kekecewaannya karena menganggap Sessions memberikan jawaban yang berbeda dalam sidang dengar pendapat dengan Senat AS. Pada sesi itu, Sessions mengklaim 'tidak pernah berkomunikasi dengan Rusia', meski Presiden Trump mengklaim bahwa si Jaksa Agung pernah bertemu dengan Duta Besar Rusia Sergei Kislyak untuk dua kali.
"Sessions memberikan jawaban yang buruk pada saat itu. Seharusnya ia bisa menjawab dengan benar, nyatanya tidak," tambah Trump.
Tak hanya Jaksa Agung AS Jeff Sessions, wawancara itu juga menjadi ajang bagi Trump untuk mengungkapkan kekesalannya pada sejumlah pejabat atau mantan pejabat, terutama mereka yang terlibat dalam isu dugaan relasi Trump - Rusia.
Dalam wawancara tersebut, presiden ke-45 AS itu juga mengkonfrontasi mantan Direktur FBI James Comey, Kepala Special Counsel Robert Mueller, pelaksana tugas Direktur FBI Andrew McCabe, dan Deputi Jaksa Agung Rod Rosenstein.
Terkait Comey, suami Melania Trump itu menyebut bahwa Comey --pada periode Pilpres AS 2016-- pernah menunjukkan 'dokumen intelijen' yang berisi tentang sejumlah dugaan skandal yang pernah dilakukan oleh Trump. Hal itu, menurut Trump, dilakukan Comey untuk menguntungkan posisinya sebagai Direktur FBI.
Trump juga mengkritik Rosenstein dan McCabe. Haluan politik keduanya yang berasal dari Partai Demokrat (oposisi Partai Republik yang mengusung Trump), sudah cukup membuat Trump menyatakan 'kekesalanya'.
Sementara itu, terkait kepala Special Councel Robert Mueller, kekesalan Presiden Trump didasari karena Mueller dianggap terlibat terlalu jauh dalam sebuah arus konflik kepentingan politik dan melenceng dari tujuannya pada penyelidikan seputar Rusia.
Presiden Trump juga mengimbau bahwa, jika suatu saat sumber finansial keluarganya masuk dalam domain penyelidikan Mueller, ayah dari Ivanka Trump itu akan menganggap hal tersebut sebagai 'pelanggaran' terhadap privasi sang presiden.
Meski begitu, presiden ke-45 AS itu tidak merasa dirinya tengah diinvestigasi oleh Special Councel yang dipimpin oleh Mueller. Ia juga merasa bahwa dirinya tidak bersalah atas hal apapun.
"Saya tidak berpikir tengah diinvestigasi. Lagi pula untuk apa? Saya tidak melakukan kesalahan apapun," jelas Trump
Saksikan juga video berikut ini