Bom Bunuh Diri Meledak di Pasar Pakistan, 26 Tewas

Insiden ledakan bom terjadi di pasar sayuran Lahore, Pakistan, tepatnya di pintu masuk Arfa Software Technology Park yang menjadi ikon.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Jul 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2017, 07:48 WIB
Ledakan bom yang menargetkan polisi di Lahore, Pakistan. (AP)
Ledakan bom yang menargetkan polisi di Lahore, Pakistan. (AP)

Liputan6.com, Lahore - Ledakan bom yang menargetkan polisi terjadi di Pakistan pada Senin 24 Juli 2017 waktu setempat. Demikian disampaikan pejabat terkait kepada CNN.

Insiden tersebut terjadi di pasar sayuran Lahore, tepatnya di pintu masuk Arfa Software Technology Park yang menjadi ikon di sana.

"Sedikitnya 49 orang lain terluka -- media lain menyebut jumlah korban luka mencapai 54 orang," menurut Menteri Kesehatan Provinsi Punjab, Salman Rafique seperti dikutip dari CNN, Selasa (25/7/2017).

Lahore adalah ibu kota Punjab.

Taliban Pakistan yang juga disebut Tehreek-e-Taliban Pakistan mengaku bertanggung jawab atas insiden ledakan bom tersebut. Kelompok itu menyebutnya sebagai serangan bunuh diri.

"Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan kesedihan hatiku saat ini. Ledakan bom itu merenggut banyak nyawa sebuah keluarga, tapi teroris tidak akan pernah menghancurkan tekad kami untuk memberantasnya," kata Kepala Menteri Provinsi Punjab, Shehbaz Sharif.

"Darah kami bersimbah di jalanan, tapi saya bersumpah kepada Tuhan bahwa darah para martir kami yang tak berdosa akan mengakhiri hidup para pembunuh yang pengecut ini!," tulis Sharif melalui Twitter.

Aksi tersebut memicu kecaman keras dari seorang tokoh bernama Nadia Rahman, melalui sebuah kampanye Pakistan Amnesty International.

"Ini adalah serangan mengerikan yang ditargetkan pada orang biasa, dan telah menyebabkan hilangnya nyawa dengan cara mengerikan," kata Nadia.

"Pihak berwenang harus segera memerintahkan penyelidikan yang independen dan efektif. Korban pengeboman pantas mendapat keadilan. Pelakunya harus dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan standar HAM internasional," imbuh Nadia.

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya