Menlu AS Dikabarkan Berniat Mundur, Frustrasi dengan Trump?

Meski ditunjuk oleh Trump, perbedaan sikap antara sang presiden dengan Menlu Rex Tillerson begitu mencolok.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 25 Jul 2017, 15:34 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2017, 15:34 WIB
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson (AP Photo/Cliff Owen)

Liputan6.com, Washington, DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson dikabarkan mempertimbangkan opsi untuk mengundurkan diri. Ia disebut-sebut frustrasi dengan pemerintahan Donald Trump.

Seperti dikutip dari Independent, Selasa (25/7/2017), sebuah sumber mengatakan kepada CNN bahwa Tillerson sangat terganggu dengan wawancara yang dilakukan Trump bersama New York Times. Dalam kesempatan tersebut, Trump mengungkapkan ia menyesal memilih Jeff Sessions sebagai jaksa agung.

Tillerson dilaporkan menyimak pernyataan Trump saat sang presiden mengatakan, Sessions "tidak adil" karena mengecualikan dirinya sendiri dalam penyelidikan yang dilakukan Departemen Kehakiman terkait intervensi Rusia dalam Pilpres AS 2016. Trump menyebut Sessions tidak profesional.

Menurut sumber yang sama pula, Tillerson baru saja melewati sebuah pekan yang "sulit". Peristiwa itu bukan tidak mungkin semakin mendorongnya untuk mundur dari kabinet Trump.

Meski dipilih oleh Trump, Tillerson dan atasannya itu terlibat bentrok dalam sejumlah isu utama. Misalnya, Trump ngotot membawa AS keluar dari Kesepakatan Iklim Paris 2015, sementara Tillerson mendukung perjanjian tersebut. Hal itu ia ungkapkan di hadapan Senat.

Dalam isu NATO, keduanya juga punya sikap berbeda. Tillerson menegaskan kepada anggota NATO bahwa AS akan tetap melaksanakan komitmen pada Pasal lima, yakni janji untuk saling melindungi.

Namun, sebuah sumber mengatakan kepada Politico, Tillerson kaget bukan main ketika komitmen yang ditegaskannya sama sekali tidak disinggung oleh Trump ketika Presiden AS itu berkunjung ke markas NATO.

Perbedaan pandangan keduanya semakin mencolok saat merespons Krisis Teluk, ketegangan kawasan yang dipicu langkah Arab Saudi Cs memutus hubungan diplomatik dengan Qatar.

Tillerson mendesak kerja sama antarnegara untuk menyelesaikan konflik, sementara Trump memuji langkah Saudi Cs serta ikut menuding Qatar mendanai terorisme.

Sebuah kabar beredar, Tillerson yang juga mantan bos ExxonMobil tersebut frustrasi dengan pengaruh menantu Trump, Jared Kushner, dalam urusan kebijakan luar negeri. Seorang sumber menyebutkan kepada American Conservative bahwa Tillerson "kelelahan".

"Dia (Tillerson) tidak bisa mendapat persetujuan atas kebijakannya dan sedang melakukan bersih-bersih di seluruh dunia akibat keamatiran seorang penasihat kebijakan luar negeri presiden yang berusia 36 tahun (Kushner)," ujar sumber tersebut.

Kebijakan Tillerson berupa penunjukan sejumlah orang untuk mengisi posisi yang masih kosong telah diadang Trump. Presiden ke-45 AS itu dikabarkan menolak sosok Elliott Abrams yang dicalonkan Tillerson untuk menduduki jabatan kedua tertinggi di Kementerian Luar Negeri.

Trump memveto Abrams karena yang bersangkutan pada masa lalu telah bersikap kritis terhadap dirinya.

Gedung Putih, selaku pusat kekuasaan di AS, saat ini tengah dihadapkan pada masa-masa penuh gejolak. Sean Spicer yang menjabat sebagai sekretaris pers Gedung Putih memutuskan mundur dari posisinya pada Jumat lalu setelah Trump menunjuk Anthony Scaramucci sebagai direktur komunikasinya -- jabatan yang sebelumnya juga diemban Spicer.

Kepala staf Gedung Putih juga dikabarkan sedang "bentrok" dengan Trump. Sementara, komentar Trump tentang Session sudah pasti memicu situasi canggung.

Adapun menantu Trump, Jared Kushner, sedang menjadi sorotan utama. Dalam sebuah konferensi pers yang berlangsung di sayap barat Gedung Putih pada Senin, 24 Juli, Kushner mengakui telah empat kali bertemu dengan pihak Rusia.

Namun, suami dari Ivanka Trump itu membantah berkolusi dengan Negeri Beruang Merah. Ia merupakan orang di lingkaran dalam Trump pertama yang akan memberi kesaksian di hadapan Komite Intelijen Senat AS dan Komite Intelijen DPR AS.

Kedua komisi tersebut tengah menyelidiki dugaan campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016.

 

Simak video berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya