Liputan6.com, Moskow - Banyak orang Rusia saat ini yang menganggap Amerika Serikat sebagai musuhnya. Sebaliknya, tak sedikit orang Amerika yang curiga akan kepemimpinan politik Rusia. Proyek pendidikan Arzamas melihat lebih dalam mengenai hal ini melalui beberapa bacaan.
Dikutip dari laman RBTH Indonesia, Rabu (9/8/2017), pertama kalinya politisi dan jurnalis mempermasalahkan Rusia adalah pada 1813, tepat setelah kekalahan Napoleon Bonaparte. AS sedang berperang dengan Inggris, yang memblokade rute laut dan mengekang perdagangan AS.
Kepentingan perdagangan yang kuat di New England, tempat yang paling terdampak dari blokade itu, membuat orang-orang di sana memutuskan untuk menunjukkan kemarahan akan perang dan simpati kepada orang Inggris. Sehingga, mereka mengadakan pesta makan besar-besaran untuk merayakan kemenangan Rusia dari Prancis.
Advertisement
Baca Juga
Namun begitu, beberapa koran yang berpengaruh memilih bertindak sebaliknya dan mengkritik Rusia, dengan mengatakan bahwa Napoleon dikalahkan cuaca dingin, bukan kehebatan militer Rusia.
Beberapa politisi Amerika lalu membela Rusia, memuji raja mereka Alexander I, dan progres yang mereka telah alami sejak era Pyotr yang Agung. Pada dasarnya, tidak ada yang benar-benar tertarik dengan Rusia. Ini hanyalah cara untuk meredam sengketa politik, karena Rusia dan AS bukanlah tetangga, sehingga tidak ada yang perlu diperdebatkan.
Demokrasi vs Autokrasi
Britania Raya akhirnya menjadi teman dekat AS. Sementara dari jauh, Rusia tetap tidak ada dalam pikiran maupun kenyataan orang Amerika. AS semakin memperkenalkan diri sebagai negara demokrasi, sementara Rusia sebaliknya, autokrasi.
Sikap AS terhadap Rusia berubah menjadi buruk pada 1849 saat Rusia membantu Austria menggagalkan pemberontakan Hongaria, dan sekali lagi menunjukkan dukungannya terhadap monarki absolut.
Meski ada permusuhan, perlu diketahui bahwa selama 200 tahun hingga saat ini, Rusia-AS tidak pernah berperang satu sama lain, kecuali pada Perang Sipil 1917 sampai 1919, saat di mana AS mengirim tentara ke Rusia untuk berperang melawan Tentara Merah.
Negaranya Para Noble Savage
Pada Abad ke-18, orang Rusia mengira bahwa AS terdiri dari para noble savage (istilah yang dikembangkan filsuf Jean-Jacques Rousseau), atau manusia yang belum tersentuh peradaban. Orang Rusia pada umumnya bersimpati terhadap pribumi Amerika yang ditindas Eropa.
Pada abad ke-19, James Fenimore Cooper menulis banyak tentang suku asli Amerika, dan menjadi penulis asal AS pertama yang populer di Rusia. Bahkan Tsar Nikolay I sering menanyakan pada para duta besar Amerika Serikat jika Cooper telah menulis buku baru.
Di Uni Soviet, anak kecil menonton film buatan studio DEFA dari Jerman, yang juga memuat penduduk asli Barat di AS yang melawan orang berkulit putih.
Negara Kebebasan
Rusia memiliki pandangan lain mengenai AS selama Perang Revolusi mereka. Revolusi pertama Rusia terinspirasi dari perang tersebut dan mereka menyebut AS sebagai contoh kebebasan dan pemerintahan yang adil.
Era Perang Sipil mungkin yang masa paling hangat kedua negara, di mana Rusia mendukung Amerika Utara dan pada 1867 menjual Alaska sebagai bentuk persahabatan.
Pandangan tentang AS itu tidak berubah hingga 1990-an, saat orang Rusia merasa kecewa karena saat berkesempatan melihat orang Amerika dan mengunjungi negaranya, AS tidak sebebas yang orang-orang katakan.
Negara dengan Kemajuan Teknis
Rusia selalu menganggap AS sebagai tempatnya orang-orang cerdas. Sebagai contoh, saat periode kekuasaan Nikolay I, orang-orang pintar Rusia bertolak ke AS untuk meneliti rel kereta di sana, yang diameternya lebih besar dibanding di Eropa, dan memutuskan untuk mencontohnya. Setelah itu, Nikolay I mengundang teknisi Rusia untuk membangun rel kereta pertama, Sankt Peterburg-Moskow.
Orang Amerika juga diminta untuk membangun saluran telegraf, dan ahli senjata Amerika seperti Samuel Colt juga membantu Rusia saat Perang Krimea (1853-1856).
Pemimpin Soviet juga mengambil banyak ilmu dari AS. Sebagai contoh, saat kunjungannya ke Negeri Paman Sam, Nikita Khrushchev terobsesi dengan jagung dan memintanya ditumbuhkan di kebun-kebun di Rusia.
Ancaman
Orang Rusia saat ini tentu saja melihat AS sesuai dengan kesan yang mereka tinggalkan dari Perang Dingin di abad ke-20. Agen budaya sibuk menciptakan dan mendukung kesan ini, terutama melalui buku dan film. Terlepas fakta bahwa AS adalah aliansi Uni Soviet melawan Nazi, propaganda pemerintah ini sukses dengan cepat mengubah kesan AS di mata orang-orang Soviet.
Seiring usaha pemerintah Soviet menstabilkan negaranya, AS semakin dianggap sebagai ancaman yang dapat menggoyahkan.
Saksikan video menarik berikut ini: