Liputan6.com, New York - Jika Anda baru memasuki dunia kerja, atau akan pindah dari tempat kerja yang lama, ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian.
Salah satunya adalah mengenal lebih dekat seorang bos. Ini bukan perkara mudah. Anda harus benar-benar memahami bagaimana sifat dan sikapnya, untuk lebih mengetahui cara berhadapan dan mengikuti alur kerjanya.
Bagi sebagian orang, tekanan dalam dunia pekerjaan akan mengakibatkan stres. Untuk itu Anda harus mengenal suasana dan keadaan sekitar, salah satunya memiliki hubungan baik dengan atasan.
Advertisement
Stres seperti ini tidak baik untuk kesehatan. Beberapa studi menemukan, bekerja dengan bos yang buruk dapat mengakibatkan kemungkinan serangan jantung bagi karyawan sebanyak 50 persen.
Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi adalah jumlah bos buruk ternyata sangat banyak. Penelitian dari Gallup menemukan, 60 persen pekerja pemerintah di Amerika Serikat merasa sengsara karena bos mereka.
Maka dari itu, Anda perlu mengidentifikasi dan memahami permasalahan ini
Seperti dikutip dari laman BBC, Jumat (18/8/2017), berikut 5 cara mengidentifikasi sifat bos dan menghadapinya:
1. Megalomania
Bos yang memiliki sikap megalomania lebih cenderung membutuhkan perhatian dan ingin setiap bawahannya patuh dan mengabdi kepada dirinya. Jika sebuah keberhasialan menghampiri, mereka akan cepat mengklaim dan bangga akan hal yang ia dapat.
Namun sebaliknya, jika kegagalan yang datang maka anak buah yang menjadi sasaran. Bisa berupa ocehan atau hal yang lebih buruk.
Dalam buku Disarming the Narcissist, Wendy Behary menulis, bos yang memiliki sikap seperti ini tidak memiliki kemampuan untuk terhubung dengan orang lain pada tingkat pribadi.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya rasa empati yang mereka miliki.
Berurusan dengan tipe bos seperti ini memang lekat risiko. Untuk itu Anda harus lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan janji-janji mereka. Bisa jadi hal tersebut tak sesuai dengan harapan.
Advertisement
2. Micromanager
Tipe bos yang satu ini terlalu banyak mencampuri urusan pekerjaan Anda. Memang pekerjaan yang Anda lakukan adalah tanggung jawabnya, namun jika terlalu sering melakukannya mungkin Anda merasa sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. Atau bahkan kreativitas Anda menjadi terhambat.
Untuk membiasakan diri dengan bos tipe ini sebaiknya Anda sering-sering mengajaknya berkomunikasi atau memberi laporan atas pekerjaan yang Anda lakukan sesering mungkin.
3. Pemimpi
Salah satu tipe bos berikutnya adalah pemimpi. Tak salah jika seseorang punya target dan harapan terhadap kerja kerasnya. Meski begitu, target dan hasil terbaik dapat dicapai dengan cara yang benar pula.
Bos di sebuah perusahaan yang memiliki tipe pemimpi kerap memasang sebuah target tanpa diimbangi oleh perencanaan yang baik.
Jika sudah seperti ini, tentu kinerja perusahaan akan jalan di tempat dan tak menghasilkan kemajuan sama sekali.
Untuk itu, cara yang tepat ketika berhadapan dengan atasan seperti ini adalah berdiskusi dan menjelaskan secara gamblang jika cara dan strategi yang kerap digunakan tak sesuai. Sebab, dalam sebuah perusahaan masukkan dari seorang karyawan pun juga berperan penting.
Advertisement
4. Tak Memiliki Pendirian
Bagaimana mungkin seorang karyawan dapat mencapai target kerjaan jika tujuan dan arahan dari seorang bos kerap berubah-ubah. Tentu hal ini akan jadi hal yang tak menguntungkan.
Baru-baru ini ada sebuah survei yang dilakukan kepada 100 pekerja Inggris yang dilakukan oleh Crunch Accounting yang berbasis di Brighton dan menemukan ada 32 persen karyawan yang bekerja tanpa arahan yang baik.
Untuk mengatasi permasalahan seperti ini, seorang karyawan harus secara berani menemui atasannya dan berkata jujur akan tugas dan tujuan yang akan dicapai.
Hal ini dilakukan untuk meminta kejelasan sehingga tidak akan ada sebuah kesalahan yang berdampak pada perusahaan.
5. Arogan
Seorang bos yang bersikap arogan, cenderung melibas ide orang lain dengan gagasan mereka sendiri. Menghalangi lingkungan sekitar untuk membangun kerja sama. Sikap dominan yang kerap mereka tunjukkan akan membuat para karyawan sulit untuk beradaptasi.
Anda harus melakukan sebuah percakapan yang konstruktif jika ingin membina hubungan yang baik dengan atasan Anda.
"Bila Anda tak setuju dengan caranya, selalu tanyakan mengapa. Setelah itu, baru beri sudut pandang Anda," ujar Jean Francois Manzoni.
Advertisement