Liputan6.com, Bangkok - Mantan Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra, dikabarkan telah kabur dari Negeri Gajah Putih. Kabar tersebut beredar setelah adik Thaksin Shinawatra itu tak menghadiri putusan pengadilan mengenai skema subsidi beras.
Sebelumnya pengacara Yingluck mengatakan, ia tak dapat menghadiri persidangan karena vertigo dan sakit kepala berat.
Namun, pengadilan tak memercayai alasan itu karena tidak ada surat keterangan dokter. Mereka juga menganggap bahwa sakitnya itu tak cukup parah untuk menghalanginya hadir di persidangan.
Advertisement
Baca Juga
"Perilaku seperti itu secara jelas menunjukkan bahwa ia berisiko kabur. Sebagai akibat, pengadilan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan dan menyita uang jaminan" tulis pernyataan dari pengadilan seperti dikutip dari BBC, Jumat (25/8/2017).
Yingluck memberikan uang jaminan sebesar US$ 900.000. Para hakim juga menunda putusan hingga 27 September 2017.
Sejumlah sumber dari partainya, Puea Thai, mengatakan bahwa keputusan Yingluck untuk pergi dari Thailand merupakan hal yang tak terduga. Namun sumber lain menyebut bahwa Yingluck 'benar-benar' telah meninggalkan Thailand.
Sementara itu PM Thailand, Prayuth Chan-ocha mengatakan, seluruh rute ke luar negeri dipantau secara ketat.
"Saya baru mengetahui bahwa ia tidak hadir di pengadilan," ujarnya kepada para awak media.
"Saya telah memerintahkan pos pemeriksaan perbatasan untuk ditingkatkan," imbuh dia.
Wakil PM Prawit Wongsuwan pada awalnya mengatakan bahwa ia tak memiliki informasi tentang keberadaan Yingluck. Namun saat meninggalkan sebuah pertemuan di Bangkok, ia mengatakan bahwa kemungkinan Yingluck telah melarikan diri.
Sementara itu media asal Inggris, Independent, melaporkan bahwa Yingluck Shinawatra telah kabur ke Singapura. Meski demikian, hingga saat ini belum terdapat keterangan resmi di mana Eks PM Thailand itu berada.
Skandal Skema Subsidi Beras
Yingluck merupakan perdana menteri perempuan pertama Thailand yang menjabat pada 2011. Namun pada 2015, kasus skema subsidi beras membuat perempuan berparas cantik itu lengser dari jabatannya.
Skema subsidi beras itu adalah salah satu hal yang dikampanyekannya saat pemilihan PM Thailand berlangsung. Tak lama setelah terpilih menjadi PM, ia langsung mengimplementasikan program itu.
Dalam skema subsidi beras, pemerintahan Thailand yang saat itu dipimpin Yingluck Shinawatra mengeluarkan kebijakan untuk membeli beras petani lokal dua kali lebih tinggi dari harga pasar. Namun, kebijakan itu ternyata jadi bumerang.
Lawan politik Yingluck menuduh skema ini tak berjalan sesuai rencana. Beras yang dibeli ternyata susah dijual kembali dan menyebabkan Thailand sulit mengekspor beras.
Akibatnya, Negeri Gajah Putih mengalami kerugian hingga US$ 8 miliar pada saat itu.
Meski populer dengan basis pemilih di pedesaan, para penentang mengatakan bahwa skema tersebut terlalu mahal dan rentan korupsi.
Namun, Yingluck mengaku tak bertanggung jawab atas pelaksanaan skema sehari-hari. Ia bersikeras bahwa dirinya adalah korban politik.
Saksikan video berikut ini:
Advertisement