Liputan6.com, Port Vila - Erupsi Gunung Manaro Voui di Vanuatu telah memicu evakuasi tak terduga terhadap 11.000 penghuni Pulau Ambae. Mereka diminta untuk meninggalkan pulau tersebut dan pindah ke pulau lain.
Gunung berapi Manaro Voui yang telah bergolak selama beberapa hari, telah mengeluarkan asap selama akhir pekan.
Dua hari yang lalu, pemerintah telah mengevakuasi 6.000 warga ke sejumlah tempat pengungsian di Pulau Ambae -- menjauhi Manaro Voui. Namun kini mereka memerintahkan evakuasi besar-besaran untuk meninggalkan pulau tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Penghuni pulau Ambae diperkirakan akan pindah seluruhnya pada Jumat pekan depan. Para pejabat mengatakan bahwa evakuasi tersebut merupakan yang pertama di Vanuatu.
Dikutip dari BBC, Kamis (28/9/2017), pihak berwenang telah meningkatkan peringatannya ke tingkat tertinggi kedua pada 23 September. Mereka memperkirakan bahwa akan ada hujan batu dan asam, serta gas dan abu vulkanik.
Dalam beberapa hari ini, gunung berapi tersebut terlihat telah mengeluarkan awan panas dan lahar pun muncul ke permukaannya.
"Kami telah mengevakuasi warga yang berada di dataran tinggi ke tempat yang aman ke sebelah barat dan timur pulau," ujar Direktur Badan Penanggulangan Bencana, Shadrack Welegtabit.
Ia mengatakan bahwa aktivitas vulkanik itu akan memicu dikeluarkannya peringatan ke tingkat tertinggi di mana akan terjadi erupsi penuh.
"Jadi kita harus membawa orang-orang keluar dari pulau ini," kata Welegtabit.
Menurut laporan Radio New Zealand, kebanyakan warga kemungkinan akan dipindahkan ke pulau tetangga, Pentakosta.
Terakhir Erupsi pada 2005
Gunung Manaro Voui terakhir kali mengalami erupsi pada 2005. Saat itu, sebanyak 5.000 warga harus dievakuasi.
Dua belas tahun kemudian, yakni 2017, gunung tersebut kembali aktif.
Baik Manaro Voui maupun Gunung Agung -- yang baru-baru ini juga menunjukkan peningkatan aktivitasnya -- berada di Cincin Api Pasifik atau dikenal dengan Ring of Fire.
Vanuatu adalah negara kepulauan yang terletak di Samudra Pasifik. Negara tersebut memiliki lebih dari 80 pulau dan dihuni 260.000 orang.
Direktur Badan Penanggulangan Bencana, Shadrack Welegtabit mengatakan bahwa saat ini negaranya tengah mengalami musim kemarau. Bantuan kepada para pengungsi pun difokuskan pada penyediaan air bersih.
Menurut salah satu relawan, Vanuatu adalah salah satu negara termiskin di dunia, di mana penduduk setempat hampir sepenuhnya bergantung pada makanan yang ditanam di kebun untuk bertahan hidup.
"Orang-orang di Ambae mengandalkan penghidupan pada sektor pertanian. Kekhawatiran terbesar bukan hanya masalah evakuasi massal, melainkan juga nasib tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang mereka tinggalkan," kata Direktur Save the Children Australia di Vanuatu, Georgia Tacey.
Advertisement