Liputan6.com, Oregon - Tsunami mematikan yang melanda timur laut Jepang pada tahun 2011 rupanya berdampak membawa lebih dari 300 spesies kehidupan laut. Mereka hanyut sepanjang ribuan mil melintasi Samudra Pasifik ke pantai barat Amerika Serikat.
Para ahli menyebut hal itu menjadi migrasi maritim terpanjang yang pernah tercatat sejarah. Diperkirakan satu juta makhluk -- termasuk krustasea, siput laut dan cacing laut -- melakukan perjalanan sejauh 4.800 mil (7.725km) dengan 'menggunakan' armada puing-puing tsunami.
"Migrasi ini menjadi salah satu percobaan alam yang tidak terencana dalam biologi kelautan -- mungkin yang pertama dalam sejarah," kata John Chapman, seorang ahli di Oregon State University seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (29/9/2017). Ia turut menulis penelitian tentang migrasi makhluk yang diterbitkan minggu ini di jurnal Science.
Advertisement
Tsunami Jepang yang menjulang tinggi, dipicu oleh gempa berkekuatan 9,0 skala Richter pada sore hari tanggal 11 Maret 2011. Gelombang itu menghasilkan lima juta ton puing-puing dari tiga Prefektur Iwate, Miyagi dan Fukushima.
Sekitar 70 persen dari puing itu tenggelam dengan cepat ke dasar laut, demikian menurut para ahli. Namun pelampung, dermaga, kapal dan barang-barang lainnya yang tak terhitung jumlahnya disapu bersih ke laut.
Menurut penelitian tersebut, antara Juni 2012 dan Februari tahun ini, sebanyak 289 spesies makhluk laut Jepang yang menempel pada 600 keping puing-puing itu hanyut di pantai di negara bagian Washington, Oregon, California, British Columbia, Alaska dan Hawaii.
Beberapa makhluk -- sekitar dua pertiga dari yang tidak pernah terlihat di pantai barat AS -- bereproduksi saat mereka tersapu ke arah timur.
"Keragaman itu jelas mencengangkan," kata James Carlton, seorang profesor ilmu kelautan di Williams College, Williamstown, Massachusetts.
"Moluska, anemon laut, karang, kepiting, dan beragam spesies lainnya, benar-benar merupakan fauna dari Jepang." lanjutnya.
Â
Ancaman?
Meskipun tingkat 'pendatang baru' dari pantai Jepang itu telah melambat, para periset masih menemukan puing-puing tsunami di pantai barat saat studi mereka berakhir awal tahun ini.
"Baru tahun lalu -- lima tahun setelah bencana -- sebuah kapal Jepang ditemukan hanyut di Oregon dengan 20 ikan yang berasal dari Pasifik barat. Beberapa ikan juga bisa dilihat di akuarium di negara bagian," kata Profesor Ilmu Kelautan, Carlton.
Puing-puing tsunami Jepang merupakan peringatan ancaman jutaan ton sampah terhadap lingkungan laut global.
Sebagian besar makhluk yang ditemukan di AS menempel pada pelampung, kapal, peti dan barang lainnya yang terbuat dari plastik, fiberglass dan bahan lainnya yang tidak membusuk.
"Saya tidak berpikir bahwa sebagian besar organisme pesisir ini bisa bertahan di laut dalam waktu lama," kata Greg Ruiz, seorang ahli biologi kelautan di Smithsonian Environmental Research Center, yang turut menulis penelitian ini.
"Mereka tak dapat bertahan di masa lalu karena banyak sebab di antaranya, tempat hidup. Kini, dengan mereka hidup di plastik dan terbawa akibat tsunami, mereka mendapatkan kesempatan untuk hidup lebih panjang lagi," lanjutnya.
Para ahli mengatakan butuh beberapa tahun sebelum mereka dapat mengatakan apakah makhluk yang menjajah pantai barat AS ini mungkin menimbulkan ancaman bagi kehidupan laut asli.
Makhluk itu bukan satu-satunya produk tsunami yang di Pasifik. Pada bulan April 2012, pasangan di Alaska menemukan sebuah bola basket milik Misaki Murakami, seorang remaja Jepang yang telah kehilangan rumahnya dalam bencana tersebut.
Satu bulan kemudian sebuah motor Harley-Davidson yang hilang dalam bencana gempa dan tsunami Jepang terdampar di pantai Kanada 4.000 mil jauhnya.
Advertisement