Dijual Orangtua hingga Pornografi, Ini 5 Horor Perbudakan Modern

Secara teknis, perbudakan adalah hal yang ilegal tapi masih ada dalam bentuk tertentu di beberapa negara.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 10 Okt 2017, 18:20 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2017, 18:20 WIB
Mantan Budak
Sriev Kry membawa buah dari bunga teratai di provinsi Koh Thom, Phnom Penh, Kamboja, 25 April 2017. Sekarang Sriev Kry senang berada di rumah dan bersumpah dia tidak akan pernah meninggalkan keluarganya lagi. (AP Photo/Heng Sinith)

Liputan6.com, Jakarta - Perbudakan adalah salah satu praktik paling jahat sedunia, sekaligus sebagai kebiasaan mengerikan yang terus menerus dilakukan manusia selama berabad-abad.

Bukti yang ada menjelaskan bahwa perbudakan telah ada sepanjang sejarah manusia dan sebagian besar orang menduga perbudakan telah lenyap di masa kini.

Memang benar, secara teknis, perbudakan adalah hal yang ilegal, tapi masih ada dalam bentuk tertentu di beberapa negara. Hanya berganti nama.

Kenyataannya, sekarang ini jumlah budak adalah yang terbanyak sepanjang yang tercatat dalam sejarah. Kemungkinan besar, pemberantasannya pun lebih rumit karena terjadi di bawah layar dan bersembunyi dalam celah hukum.

Seperti diringkas dari toptenz.net pada Selasa (10/10/2017), berikut ini adalah sejumlah kenyataan suram terkait perbudakan modern:

 

1. Dijual oleh Orangtua Sendiri

Pekerja anak di industri sandang India. (Sumber Flickr/International Labour Organisation)

Di banyak bagian dunia, anak-anak dijual sebagai budak oleh orangtua sendiri, terutama di negara-negara yang sebagian penduduknya hidup dalam kemelaratan luar biasa, semisal Kamboja dan India.

Para calo dan penyelundup budak dengan senang hati memanfaatkan kerentanan sosial penduduk terkait kebutuhan finansial.

Para orangtua mengaku memiliki utang dan tidak punya jalan keluar lain sehingga tega menjual anak sendiri. Penjualan anak sendiri bahkan menjadi salah satu penyebab utama perbudakan anak di seluruh dunia.

Yang mengejutkan, penjualan anak sebagai budak ataupun budak seks juga terjadi dalam jumlah yang cukup banyak di negara maju semisal Amerika Serikat.

Seorang anak perempuan, misalnya, dilatih sebagai pekerja seks komersial (PSK) dan dijerumuskan dalam gaya hidup tersebut sejak berusia 6 tahun. Manipulasi ibunya mengaitkan penjualan layanan seks sebagai bukti cinta kepada orangtua.

 

2. Warisan Utang di India

Anak sebagai pekerja rumah tangga di India. (Sumber Wikimedia Commons)

Ada beberapa organisasi, termasuk Amnesty International, yang melacak perbudakan global. Statistik terkini menunjukkan bahwa sekitar setengah dari perbudakan modern bermula di India.

Perbudakan di sana bukan karena India membawa warga negara-negara lain dan memperbudaknya di sana, tapi perbudakan yang dilakukan oleh warga sendiri terhadap sesama warga.

Sistem kasta seringkali menjadi bagian dari permasalahan karena menempatkan orang dalam kewajiban paksaan secara sosial yang mengekang. Bentuk lain permasalahan adalah pernikahan paksa.

Akan tetapi, kebanyakan masalah berkaitan dengan warisan utang. Di kawasan pedesaan, petani-petani sering harus meminjam uang pada pemilik lahan atau orang lain di lingkungannya. Mereka kemudian tidak sanggup membayar.

Dengan struktur utang yang memberatkan, para petani itu harus bekerja seumur hidup dengan upah seadanya demi membayar kembali pinjaman uangnya, bahkan sampai ajal menjemput. Utang yang tersisa pun diteruskan kepada keturunan.

Di banyak negara, utang tidak dapat diteruskan kepada keturunan. Di India, karena utangnya diwariskan, generasi penerusnya lahir dalam keadaan sudah berutang sehingga terpaksa bekerja kepada pemberi pinjaman tanpa mendapat bayaran -- ya, menjadi budak.

 

3. Pornografi di Internet

Unjuk rasa melawan perbudakan seks di Ukraina. (Sumber Wikimedia Commons)

Kebanyakan pornografi di internet menampilkan wanita-wanita yang diperbudak. Mereka seringkali berasal dari Asia Tengara atau Eropa Timur.

Bagi banyak orang, pornografi sering dianggap sebagai kejahatan tanpa korban. Ya, memang demikian halnya dalam banyak situasi, misalnya ketika diciptakan secara legal di negara maju.

Namun, kebanyakan pornografi yang beredar di dunia maya berasal dari sumber-sumber tak jelas di seluruh dunia, sehingga sulit menduga seberapa besar industri itu melibatkan orang-orang yang dipaksa melakukannya.

Negara-negara seperti Rusia, China, dan beberapa negara di Asia Tenggara serta Eropa Timur menghasilkan banyak karya pornografi, padahal semua itu dikenal juga sebagai kawasan-kawasan parah untuk urusan penyelundupan manusia.

Di Filipina, baru-baru ini muncul jebakan kepada wanita-wanita muda yang dibujuk memamerkan sebagian tubuhnya di internet, tapi kemudian diancam untuk terus membuka tubuhnya jika tidak ingin diadukan hingga akhirnya terbuka semua.

Dengan kata lain, para wanita itu terjebak dalam perbudakan secara daring sehingga terpaksa masuk dalam pornografi internet. Setelah itu, perlahan-lahan mereka dipaksa melakukan tindakan fisik dan terkungkung di bawah kendali gangster dan para penyelundup manusia.

Kebanyakan orang cenderung mengira budak seks hanya dimanfaatkan sebagai PSK. Namun, beberapa korban perbudakan seks di Jepang dipaksa menjadi penari telanjang.

Ya, para pelaku perbudakan tidak membatasi pemanfaatan hanya dalam satu bidang saja dan para korban dimanfaatkan sebesar-besarnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

4. Panen Cokelat oleh Budak Anak-Anak

Buruh anak di perkebunan cokelat Ghana. (Sumber Vimeo)

Dua negara Afrika, Pantai Gading dan Ghana, menghasilkan hampir semua cokelat dunia. Akan tetapi, cokelat-cokelat itu dipanenkan oleh para budak anak-anak yang dikendalikan sangat ketat.

Pemerintah di dua negara tersebut secara teknis telah menjadikan hal tersebut ilegal, tapi perbudakan anak masih terus berlangsung dalam suasana brutal dan kondisi kerja yang kejam.

Untuk menghindari dari liputan yang buruk, perusahaan-perusahaan cokelat berjanji akan menghentikan perbudakan anak, tapi terus mengundurkan tenggat waktu. Sudah 15 tahun berlalu sejak mereka mengucapkan janji tersebut.

Perusahaan cokelat mengaku tidak bisa mengendalikan pemerintah di negara-negara tersebut sehingga tidak bisa mengubah keadaan sedemikian cepatnya.

Kenyataannya, penghasilan perusahaan raksasa seperti Nestle pun sudah jauh lebih besar daripada GDP dua negara yang dimaksud dan pemerintah bergantung kepada pabrikan-pabrikan besar cokelat dunia.

 

5. 'Pemenjaraan' Buruh

Pabrik Foxconn di Shenzen. (Sumber Wikimedia Commons)

Foxconn adalah suatu perusahaan di China yang dikenal sebagai pembuat banyak produk bagi Apple. Di lain pihak, perusahaan itu dikenal memperlakukan pegawai dengan sangat buruk.

Dunia internasional pun mendengar laporan tentang para buruh yang bekerja dalam shift sepanjang 12 jam lebih, tidak mendapatkan cuti, dan tinggal di kampus. Upaya dan tindakan bunuh diri menjadi hal biasa.

Dunia menyerukan agar Apple memaksa Foxconn berbenah, tapi hanya ditanggapi secara basa-basi untuk menyelamatkan muka dan mengalihkan perhatian.

Keluhan utamanya adalah maraknya penggunaan mahasiswa magang yang pada dasarnya hanya menjadi budak.

Para mahasiswa memang boleh saja pergi kapan pun, tapi dipaksa oleh sekolah untuk bekerja bagi Foxconn dengan alasan kekurangan tenaga. Jika tidak bekerja, mahasiswa diancam tidak bisa lulus.

Ketika bunuh diri menjadi masalah, perusahaan hanya sekadar memasang jejaring seputar gedung agar para pelompat bunuh diri tidak jadi jatuh ke landasan beton di dasar. Tapi tidak ada perbaikan pada hari-hari kerja yang panjang dan menyiksa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya