Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak bersedia mengatakan apakah dia akan mengunjungi Zona Demiliterisasi (DMZ) di Semenanjung Korea selama lawatannya ke Asia bulan depan.
"Saya lebih baik tidak mengatakan (apakah akan pergi ke zona bebas militer atau tidak)," kata Trump kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers di South Lawn, di Gedung Putih, saat ia hendak berangkat ke Dallas, Texas, seperti dikutip dari VOA Indonesia pada Jumat (27/10/2017).
Ia menambahkan, "Anda akan kaget."
Advertisement
Pada awal Oktober lalu, pejabat dari Washington dilaporkan telah mengunjungi daerah perbatasan tersebut saat mereka menyusun rencana rinci kunjungan Presiden AS.
Seorang pejabat keamanan Korea Selatan menyatakan kepada kantor berita Yonhap bahwa sebuah tim pejabat AS "melihat ke sekeliling Panmunjom dan Pos Observasi Ouellette". Panmunjom berlokasi di zona penyangga seluas 4 km antara Utara dan Selatan.
Sebelum Trump, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson lebih dulu mengunjungi DMZ. Tillerson datang ke Panmunjom pada Maret lalu, di mana saat itu seorang tentara Korut bahkan sempat memotret Tillerson dalam jarak dekat.
Baca Juga
Ada pun Barack Obama, Presiden ke-44 AS, mengunjungi Pos Observasi Ouellette pada tahun 2012. Dua tahun kemudian, giliran Hillary Clinton dan Robert Gates yang bersama-sama datang ke Panmunjom.
Trump akan memulai lawatan selama 12 hari ke lima negara pada 3 November 2017. Ini adalah lawatan pertamanya ke Asia.
"Presiden Donald J Trump dan Ibu Negara Melania Trump akan berkunjung ke Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, Filipina, dan Hawaii pada 3 hingga 14 November 2017," ungkap pernyataan tertulis yang dirilis Gedung Putih.
Orang nomor satu di AS itu dijadwalkan akan menghadiri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada 8 hingga 10 November di Danang, Vietnam. Selain itu, ia juga dilaporkan akan berpartisipasi dalam KTT ASEAN ke-31 pada 10 hingga 14 November di Clark Field, Pampanga, Filipina.
Lawatan ini diperkirakan akan didominasi tuntutan Trump agar sekutu AS di wilayah tersebut meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara untuk meninggalkan ambisi senjata nuklirnya.