5 Bulan Terombang-ambing di Laut, 2 Wanita Ini Berhasil Ditemukan

Dua perempuan pelaut asal Hawaii dan dua anjing mereka berhasil diselamatkan setelah terombang-ambing di laut selama lima bulan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 28 Okt 2017, 14:17 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2017, 14:17 WIB
Penyelamatan pelaut hanyut (1)
Pada 25 Oktober lalu, kapal perang USS Ashland menyelamatkan dua pelaut yang perahunya terhanyut selama 5 bulan karena kerusakan mesin dan layar. (Sumber U.S. Navy/Jonathan Clay via AP)

Liputan6.com, USS Ashland - Dua pelaut wanita yang berasal dari Honolulu beserta dua anjing mereka berhasil ditemukan dan diselamatkan setelah terombang-ambing di laut selama lima bulan.

Pihak Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) menyelamatkan Jennifer Appel dan Tasha Fuiaba pada Rabu, 25 Oktober 2017 setelah sebuah kapal nelayan Taiwan melihatnya di 1.700 kilometer arah tenggara Jepang, jauh dari rencana lintasan.

Dikutip dari The Guardian, Sabtu (28/10/2017), kapal nelayan itu kemudian menghubungi penjaga pantai AS. Kapal perang USS Ashland tiba sehari setelah mendapat laporan. Demikian menurut pernyataan AL yang terbit pada 26 Oktober 2017 lalu.

"Mereka menyelamatkan nyawa kami. Kami bangga dan tersenyum ketika melihat (AL AS) ada di kejauhan, sungguh lega," ujar Appel dalam pernyataan yang sama.

Mereka menjelaskan kepada pihak AL bahwa mereka bertahan hidup karena memiliki alat pemurni air dan pasokan makanan kering dalam jumlah besar, kebanyakan oatmeal dan pasta.

Dua wanita itu lalu mendapatkan pemeriksaan medis, makanan, dan ranjang di kapal hingga kembali ke daratan, demikian menurut pihak AL.

Komandan Steven Wasson, pimpinan USS Ashland, mengatakan, "AL AS wajib menolong pelaut yang sedang kesusahan dari kebangsaan mana pun dan dalam situasi apa pun."

Ini rekaman Angkatan Laut AS ketika merapat mendekati perahu yang hanyut lima bulan.

 

Beberapa Kerusakan Beruntun

Jennifer Appel, salah satu pelaut yang diselamatkan pada 25 Oktober lalu setelah terombang-ambing selama 5 bulan. (Sumber U.S. Navy/Jonathan Clay via AP)

Perahu yang dipakai Jennifer Appel dan Tasha Fuiaba mengalami kerusakan mesin dalam cuaca buruk pada Mei lalu. Namun, mereka mengira masih bisa melanjutkan ke tujuan akhir, Tahiti, dengan menggunakan layar.

Ternyata, tiang layar pun rusak dan mereka terombang-ambing di samudra luas.

Dua bulan dalam pelayaran, jauh melewati jadwal mereka tiba di Tahiti, dua pelaut itu mulai menyiarkan panggilan darurat. Akan tetapi, tidak ada perahu yang berdekatan dan mereka terlalu jauh di tengah laut sehingga sinyal radio tidak sampai ke daratan.

Appel mengaku, mereka mengirim siaran darurat selama 98 hari sesudahnya, tapi tidak mendapat tanggapan.

"Sungguh mencemaskan dan membuat putus asa, tapi hanya itulah yang bisa dilakukan jadi kami melakukan yang bisa dilakukan," ujar Appel.

Pada suatu malam, ada sekelompok hiu yang menyerang kapal mereka. Seekor hiu pun kembali keesokan harinya.

"Kami beruntung karena geladak buritan kapal cukup kuat untuk bertahan."

Ketika ditanya apakah pernah terpikir tidak akan selamat, ia mengatakan, mereka bukan manusia kalau tidak terpikir begitu. Ia juga memuji dua anjing yang menjaga terus semangat mereka.

Wanita yang Banyak Akal

Zeus, salah satu anjing yang ikut dalam pelayaran. (Sumber U.S. Navy/Jonathan Clay via AP)

Joyce Appel (75), ibu Jennifer Appel, menceritakan kepada Associated Press bahwa dia tidak pernah pupus harapan untuk menemukan kembali putrinya.

Sang ibu mengatakan, ia menerima telepon pada Kamis pagi, setelah lima bulan mereka bicara terakhir kalinya.

Jennifer Appel berangkat pada 3 Mei, demikian menurut sang ibu, tapi teleponnya hilang di geladak sejak hari pertama melaut.

"Berbagai benda di perahunya rusak, tiangnya patah, dan mesin tidak mau menyala ketika diperlukan. Ia diterpa beberapa masalah yang mengakibatkannya hanyut di samudra," ujar Joyce.

Joyce menghubungi Penjaga Pantai US hampir dua minggu setelah putrinya meninggalkan Honolulu dan pihak Penjaga Pantai di Hawaii sempat melakukan upaya SAR.

"Saya menunggu, menunggu, dan menunggu untuk mendengar suaranya lagi."

Selama masa penantian, sang ibu pindah dan berganti nomor telepon baru. Ia khawatir anaknya tidak tahu harus menelepon ke mana.

"Saya tetap berharap, karena ia sangat banyak akal dan penuh rasa penasaran. Kalau ada sesuatu yang rusak, ia ingin memperbaiki, dia tidak duduk diam menunggu datangnya tukang."

"Saya tahu ia akan melakukan yang sama di kapal itu."

Menurut si ibu, alat pemurni air di perahu sempat berhenti bekerja. Dalam perjalanannya pun hanya tersisa satu galon terakhir, tapi kemudian Jennifer memperbaiki alat itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya