Ilmuwan China Kembangkan Padi yang Bisa Tumbuh di Air Asin

Ilmuwan China berhasil mengembangkan padi yang bisa tumbuh di air asin, di mana hal itu dapat memenuhi kebutuhan beras 200 juta orang.

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Okt 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2017, 13:00 WIB
Ilustrasi padi
Ilustrasi padi (iStock)

Liputan6.com, Beijing - Sejumlah ilmuwan di China telah mengembangkan sejumlah jenis padi yang dapat tumbuh di air asin. Padi jenis baru itu, diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan beras bagi 200 juta orang.

Selama beberapa puluh tahun, para peneliti telah mencoba untuk mengembangkan tanaman biji-bijian di air asin. Namun, baru saat ini mereka bisa mengembangkan varietas yang layak dijual di pasaran.

Dikutip dari Independent, Rabu (25/10/2017), padi tersebut ditumbuhkan di sebuah lahan di Qindao, Provinsi Shandong, yang berada di pesisir Laut Kuning.

Sejauh ini terdapat 200 jenis padi yang ditanam untuk mengetahui jenis mana yang tumbuh paling baik di lingkungan air asin. Sawah tersebut memanfaatkan air yang berasal dari laut.

Melalui uji coba tersebut, para ilmuwan memperkirakan bahwa mereka dapat memproduksi 4,5 ton beras per hektare. Namun, apa yang mereka dapatkan justru dua kali lebih banyak, yakni 9,3 ton beras per hektare.

"Hasil uji coba melampaui ekspektasi kami," ujar seorang profesor agrikulur di Yangzhou University yang terlibat dalam proyek tersebut, Liu Shiping, kepada Xinhua.

Di China, terdapat sekitar satu juta kilometer persegi lahan di mana tumbuhan tak dapat tumbuh karena tingginya salinitas -- kadar garam. Para peneliti berharap bahwa pengembangan padi jenis baru dapat digunakan di area tersebut dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

Jika hanya sepersepuluh area tersebut yang ditanami padi, maka lahan itu dapat memproduksi 50 juta ton beras. Jumlah itu dapat memenuhi kebutuhan 200 juta orang dan mendongrak produksi beras China sebesar 20 persen.

Padi jenis baru itu dikembangkan oleh sebuah tim yang diketuai oleh pria berusia 87 tahun, Yuan Longping. Ia telah menghabiskan puluhan tahun untuk menumbuhkan beras dalam beberapa kondisi berbeda.

Pemerintah China telah meneliti cara menumbuhkan beras di air asin sejak tahun 1970-an.

Beras air asin saat ini telah dijual sekitar 50 yuan atau Rp 102 ribu per kilogramnya -- delapan kali lebih mahal dibanding beras biasa.

Meski harganya lebih mahal, enam tol beras telah terjual. Para konsumen pun pun memuji rasa dan tekstur beras tersebut.

Beras tersebut juga dianggap memiliki beberapa manfaat kesehatan, termasuk tingginya kadar kalsium.

 

Penuhi Kebutuhan Pangan Dunia, Ilmuwan Oxford Kembangkan Padi Super

Selain ilmuwan China, sejumlah peneliti Oxford University sedang berusaha mengembangkan padi yang lebih produktif.

Padi tersebut dimodifikasi secara genetik agar lebih efektif dalam berfotosintesis -- proses pengubahan karbon dioksida dan air menjadi molekul yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, seperti glukosa, dengan bantuan sinar Matahari.

Meski riset masih dalam tahap awal, peneliti berharap agar padi yang dikembangkannya bisa 50 persen lebih produktif, dan bisa membantu memenuhi kebutuhan pangan di seluruh dunia.

Tim tersebut memperkenalkan satu gen jagung ke tanaman padi yang bertujuan membuat fotosintesis lebih efisien.

Dilansir Daily Mail, padi biasanya menggunakan jalur fotosintesis yang disebut C3, di mana jalur tersebut kurang efisien dibanding jalur C4 jika berada di lingkungan panas dan kering.

Namun, jika jalur fotosintesis padi bisa diganti menggunakan C4, maka produktivitasnya dapat bertambah hingga 50 persen.

"Lebih dari tiga miliar orang bergantung pada beras untuk bertahan hidup, dan, hal itu belum ditambah dengan prediksi meningkatnya populasi dan tren urbanisasi. Tanah yang biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan 27 orang pada 2010, harus meningkat menjadi 43 orang pada 2050," ujar pemimpin penulis studi rersebut, Profesor Jane Langdale.

"Dalam konteks ini, sawah harus meningkat secara substansial selama 35 tahun ke depan."

Meski hanya digunakan oleh tiga persen spesies tanaman, jalur C4 akan berdampak pada seperempat produktivitas padi di seluruh dunia.

Dalam studi tersebut, para peneliti berhasil menyelesaikan satu dari tiga tahap untuk mengubah padi menjadi fotosintesis C4. Untuk melakukan ini, tim memperkenalkan sebuah gen tunggal jagung yang bernama GOLDEN2-LIKE kepada padi.

Hal itu terbukti meningkatkan volume kloroplas, tempat terjadinya fotosintesis, dan juga mitokondria, stuktur yang memasok energi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya