Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Kanada untuk ASEAN, Marie-Louisse Hannan, mengatakan bahwa negaranya akan terus mendukung upaya negara di kawasan Asia Tenggara untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan yang terjadi di Rakhine, Myanmar.
Dubes Hanan menyebut, upaya penyelesaian krisis Rohingya sudah disampaikan oleh Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau saat menghadiri KTT ASEAN di Manila.
Pemerintah Kanada menganggap, kekerasan yang dianggap oleh PBB sebagai pembersihan etnis tersebut menjadi salah satu isu dan perhatian utama bagi negaranya.
Advertisement
Baca Juga
"PM Trudeau telah menjelasakan keikutsertaan Kanada dalam upaya menyelesaikan krisis kemanusiaan etnis Rohingya. Kami pun siap membantu segala upaya yang telah dilakukan oleh Bangladesh dan negara-negara di kawasan ASEAN," ujar Dubes Hannan dalam press briefing pada Jumat, (17/11/2017) di The Dharmawangsa Jakarta.
Dubes Hannan juga menjelaskan, PM Trudeau telah menunjuk utusan khusus yang diberangkatkan ke Myanmar. Ia adalah Bob Rae -- seorang politikus senior dari Kanada.
Meski begitu, Dubes Hannan belum dapat membeberkan info terkini seputar laporan Bob Rae.
"Laporan awal baru disampaikan oleh Bob Rae pada pekan lalu. Namun, saya belum dapat memberi bocorannya," ujar Dubes Hannan.
Sementara itu, laporan utuh Bob Rae soal kondisi muslim Rohingya baru akan diberikan kepada PM Trudeau pada Januari 2018.
Selain itu, PM Trudeau telah melakukan pertemuan dengan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi di sela-sela KTT ASEAN untuk menyampaikan keinginan dan kesiapan Kanada untuk membantu penyelesaian krisis tersebut.
Dubes Hannan pun menyebut, pemerintah telah mengucurkan dana sekitar 25 juta dolar Kanada untuk membantu pengungsi.
PBB: 60 Persen dari 400 Ribu Pengungsi Rohingya Adalah Anak-Anak
Diperkirakan, 60 persen dari 400 ribu warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh adalah anak-anak.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memastikan hal tersebut setelah melihat banyaknya anak kecil Rohingya.
PBB juga mengatakan, akibat krisis kemanusiaan tersebut, pihaknya membutuhkan banyak bantuan selama mendirikan kamp penampungan pengungsi di Bangladesh.
"Kami mengalami kekurangan yang akut, paling kritis adalah makanan dan air bersih," kata Edouard Beigbeder, Wakil UNICEF di Bangladesh.
"Kondisi di lapangan menjadikan anak-anak terancam penyakit akibat air yang kotor. Kami punya tugas luar biasa besar untuk melindungi anak-anak yang rentan ini," tambahnya.
Bantuan yang dikirim UNICEF termasuk air, suplai sanitasi, pakaian, dan kebutuhan dasar lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan warga Rohingya, PBB akan lebih banyak menyuplai makanan dan kebutuhan yang diperlukan oleh pengungsi.
Advertisement