Liputan6.com, Singapura - Singapura mengeluarkan imbauan kepada warganya yang sedang berada di Bali, untuk bersiap jika harus dievakuasi kapan saja. Pernyataan itu muncul demi menanggapi kekhawatiran akan adanya letusan lanjutan Gunung Agung.
Saat ini, status Gunung Agung masih satu tingkat di bawah level siaga tertinggi. Lalu lintas penerbangan di Bali juga masih berjalan normal.
Dilansir dari laman VOA Indonesia yang mengutip Reuters pada Kamis (23/11/2017), pihak Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan, "Warga Singapura harus menunda perjalanan yang tidak penting ke kawasan yang terkena (dampak letusan) di Bali. Anda (warga Singapura) harus siap dievakuasi kapan saja."
Advertisement
Kementerian Luar Negeri Singapura juga menambahkan, letusan bisa menimbulkan abu vulkanik yang dapat mengganggu perjalanan udara.
Bertolak belakang dengan Singapura, Pemerintah Australia hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan apapun kepada warganya yang berada di Bali. Mereka menyarankan pada warganya di sana untuk terus memantau laporan media lokal, mengikuti instruksi pejabat setempat, dan tidak berada di dalam zona terlarang.
Gunung Agung sendiri tercatat terakhir meletus pada 1963. Bencana itu menewaskan sekitar seribu orang, serta merusak beberapa desa di bawahnya.
Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI mengatakan, erupsi yang terjadi pada Selasa petang kemarin merupakan sebuah erupsi freatik. Asap hitam membumbung setinggi 700 meter, diikuti hujan abu, kerikil dan pasir.
Sebanyak 29.245 warga sudah berlindung di 278 tempat pengungsian. BNPB juga menyarankan, untuk meniadakan kegiatan dalam radius 6-7 kilometer dari kawah gunung.
Insiden erupsi Gunung Agung secara tidak langsung turut mempengaruhi sektor pariwisata di Bali. Kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata sudah mulai menurun sejak aktivias Gunung Agung mulai meningkat pada September 2017.