Liputan6.com, Arlington - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis, mengeluarkan pernyataan teranyarnya soal Korea Utara. Pada 15 Desember waktu setempat, ia menyebut bahwa dirinya tak yakin bahwa rudal balistik antarbenua (ICBM) terbaru Korut dapat mengancam AS.
"Itu belum terbukti menjadi ancaman yang mampu melawan kita saat ini ... kita masih melakukan analisis forensik," ujar Mattis kepada para awak media di Pentagon, seperti dikutip dari The Japan Times, Sabtu (16/12/2017).
Bulan lalu, Korea Utara mengatakan bahwa pihaknya berhasil menguji ICBM baru yang mereka klaim dapat menjangkau semua daratan di dunia. Sejumlah pakar dari AS dan Korea Selatan mengatakan, data yang mereka teliti tampaknya mendukung hal tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Mattis tidak menjelaskan apa yang kurang dalam uji coba rudal terbaru Korut itu, yang menunjukkan bahwa senjata tersebut bukan merupakan ancaman bagi AS.
Padahal, sebelumnya Mattis sempat mengatakan bahwa rudal Korea Utara yang diluncurkan pada 29 November itu, terbang lebih tinggi dari uji coba sebelumnya. Ia juga menyebut, pengembangan rudal balistik dapat mengancam wilayah di seluruh dunia.
Pendapat Ahli
Sejumlah pakar asal Amerika Serikat yang beberapa kali meragukan klaim Korea Utara, pada bulan lalu mengatakan bahwa data dan foto dari uji coba tersebut tampaknya mengonfirmasi bahwa Korut memiliki rudal dengan kekuatan yang cukup untuk mengirim hulu ledak nuklir di seluruh wilayah Amerika.
Namun, sejumlah ahli dan pejabat AS mengatakan, pihaknya masih bertanya-tanya apakan roket tersebut memiliki kemampuan untuk melindungi hulu ledak nuklir. Selain itu, mereka juga mempertanyakan soal keakuratan sistem panduannya.
Beberapa pakar AS meyakini bahwa Korea Utara hanya membutuhkan dua atau tiga tahun untuk bisa menyatakan bahwa rudal tersebut bisa beroperasi sempurna.
Advertisement
Respons Pejabat AS
Merespons ketegangan yang ditimbulkan oleh Korea Utara, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa semua pilihan "ada di atas meja", termasuk opsi militer. Meski demikian, pemerintahannya menjelaskan bahwa mereka lebih memilih solusi diplomatik.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang membahas krisis tersebut, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mendesak Korea Utara untuk menghentikan uji coba agar kedua negara bisa memulai perundingan.
Sementara itu, Kepala Operasi Angkatan Laut AS, John Richardson, menekankan bahwa Pentagon menganggap opsi militer sebagai hal yang serius. Meski demikian, Washington tetap fokus pada diplomasi.
"Ini bukan kata-kata kosong," ujar Richardson dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Korea Selatan, Yonhap, di pangkalan militer AS di Yongsan, Seoul.
Richardson juga memuji aliansi AS-Korea Selatan yang ia sebut "solid dan kokoh".
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: