Liputan6.com, Bali - Dipicu oleh aktivitas teroris di Marawi, Filipina pada tahun lalu, enam negara ASEAN telah meluncurkan pakta kerja sama intelijen untuk melawan terorisme berbasis radikalisme-ekstremisme agama di kawasan pada Kamis, 25 Januari 2018.
Keenam negara itu meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Singapura. Demikian seperti dilansir South China Morning Post (26/1/2018).
Pakta bernama 'Inisiatif Our Eyes' itu juga mengatur tentang peningkatan hubungan kooperasi intelijen para enam negara anggota untuk menghadapi berbagai isu keamanan lainnya.
Advertisement
Baca Juga
"(Inisiatif Our Eyes) Adalah sesuatu yang sederhana, namun memiliki efek yang luar biasa," kata Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu saat soft launch pakta tersebut di Bali pada 25 Januari.
Ryamizard melanjutkan, pakta itu akan membantu memastikan insiden lain seperti di Marawi tidak berulang dan mencegah kawasan Asia Tenggara tak berakhir seperti Timur Tengah yang kerap dilanda insiden teror.
Meski militer memegang peranan utama, pakta tersebut tetap akan melibatkan berbagai pihak, seperti polisi dan berbagai lembaga lain yang sehaluan.
Inisiatif Our Eyes juga memiliki mekanisme yang mengatur tentang pertemuan rutin para pejabat tinggi senior pertahanan masing-masing negara setiap dua pekan sekali.
Pertemuan itu dilakukan untuk saling bertukar informasi intelijen serta mengembangkan basis data yang nantinya akan berisi daftar para terduga individu/grup teroris atau militan.
Akan Melibatkan AS, Australia dan Jepang?
Menhan Ryamizard mengatakan bahwa negara-negara lain dapat ikut terlibat dalam Inisiatif Our Eyes -- yang namanya terinspirasi dari pakta intelijen Five Eyes antara Amerika Serikat, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Kanada.
AS sendiri, lanjut Ryamizard, telah memantau dan berencana untuk terlibat dalam Inisiatif Our Eyes tersebut. Termasuk juga, Australia dan Jepang.
"Jenderal Mattis (Menhan AS) mengatakan bahwa ia akan membantu," kata Ryamizard di Gedung Kemhan RI, Jakarta, usai melakukan dialog bilateral dengan Mattis pada 23 Januari 2018 lalu.
"Tak dapat dipungkiri bahwa AS punya alat-alat militer dan intelijen yang jauh lebih canggih," papar sang Menhan RI saat mengemukakan alasan untuk mengajak AS bergabung dalam inisiatif tersebut.
Beberapa negara ASEAN lainnya juga dikabarkan tengah memantau Inisiatif Our Eyes tersebut.
Advertisement
Kata Analis Soal IOE: Perkembangan yang Signifikan
Sejumlah analis keamanan menyambut positif pembentukan Inisiatif Our Eyes.
John Blaxland, analis intelijen dari Australian National University mengatakan, "Itu adalah sebuah perkembangan yang signifikan," bagi para negara di kawasan untuk bersama-sama menangani isu terorisme.
"Pembentukan itu juga menandai babak baru kolaborasi antar negara ASEAN untuk menangani isu keamanan," tambah Blaxland -- dimana dalam beberapa tahun lalu, masing-masing anggota ASEAN selalu dirundung rasa saling tidak percaya antara satu sama lain seputar kerja sama intelijen.
Seorang analis keamanan lain yang anonim mengatakan, "Kesepakatan itu lebih baik daripada tidak memiliki sebuah kesepakatan sama sekali."
Namun, sang analis menambahkan bahwa ketidakpercayaan yang mengakar antara negara dan di antara berbagai agen kontraterorisme di ASEAN, tetap harus segera diatasi.