Turki Minta AS Tarik Pasukan dari Kawasan Kurdi Suriah

Turki telah menyerukan agar Amerika Serikat menarik personel militernya dari kota di Suriah utara yang dikuasai Kurdi

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jan 2018, 06:54 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2018, 06:54 WIB
Turki Serang Markas Militan Kurdi di Suriah
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang didukung Turki memborbardir Unit Pertahanan Rakyat Kurdi (YPG) di Desa Um al-Hosh, Afrin, Suriah, Sabtu (20/1). Pasukan Turki mulai menembaki markas YPG Afrin dari perbatasan provinsi Hatay. (Foto DHA-Depo via AP)

Liputan6.com, Ankara - Turki telah menyerukan agar Amerika Serikat menarik personel militernya dari kota di Suriah utara yang dikuasai Kurdi, setelah Washington mengatakan kepada Ankara akan berhenti mempersenjatai milisi Kurdi Suriah yang diperangi Turki. Hal itu diutarakan pada Sabtu, 27 Januari 2018.

Sementara operasi militer Turki memasuki pekan kedua dengan serangan udara dan artileri baru, Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan, "Perlu bagi AS untuk segera keluar dari Manbij," kota yang menjadi lokasi operasi militer Negeri Paman Sam. Demikian seperti dikutip dari VOAIndonesia, pada Senin (29/1/2018).

Turki melancarkan operasi 'Ranting Zaitun' pada 20 Januari 2018, menyerang milisi Satuan Perlindungan Rakyat Kurdi Suriah (YPG) di wilayah kantong Afrin, mendukung pasukan oposisi Suriah dengan serangan udara dan pasukan darat.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga telah mengancam akan meluaskan serangan terhadap YPG ke Manbij, yang terletak di timur Afrin.

Hubungan antara Ankara dan Washington memburuk sejak Turki melancarkan operasi militer itu. Amerika Serikat menyerukan Turki untuk menahan diri dan menyatakan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap perang melawan ISIS.

Salah satu isu yang menegangkan hubungan kedua negara adalah fakta bahwa Amerika Serikat mempersenjatai milisi YPG sejak tahun lalu, dalam pertempuran melawan ISIS.

AS: Turki Perlu Menahan Diri

Turki Serang Markas Militan Kurdi di Suriah
Seorang pejuang Suriah berdiri di daerah Tal Malid, sebelah utara Aleppo, saat dia melihat asap mengepul dari posisi Unit Pertahanan Rakyat Kurdi (YPG) di wilayah Afrin, Suriah, Sabtu (20/1). (AFP FOTO/Nazeer al-Khatib)

Beberapa hari sebelumnya, Amerika Serikat mengungkapkan keprihatinannya atas serangan Turki di Suriah utara dan menyerukan agar Istanbul menahan diri karena khawatir konflik bisa menyebar.

Dalam sebuah taklimat di Gedung Putih, pada Senin 22 Januari 2018, Juru Bicara Kepresidenan Amerika Serikat, Sarah Huckabee Sanders mengatakan bahwa Negeri Paman Sam memahami keprihatinan Turki. Mereka bahkan "bertekad untuk bekerja sama dengan Ankara sebagai sekutu NATO".

"Peningkatan kekerasan di Afrin mengganggu wilayah Suriah yang relatif stabil," kata Sanders seperti dikutip dari VOA News 24 Januari 2018.

"Kejadian itu mengalihkan perhatian dari upaya internasional untuk menjamin kekalahan ISIS, kejadian itu dapat dimanfaatkan oleh ISIS dan Al Qaeda untuk mencari tempat berlindung dan menyusun kekuatan kembali. Ini berisiko memperburuk krisis kemanusiaan," ia menambahkan.

Sanders juga mendesak Turki untuk menahan diri dalam tindakan militer dan retorikanya, memastikan bahwa operasinya terbatas, baik dari lingkup maupun waktu, memastikan bantuan kemanusiaan berlanjut, dan menghindari korban sipil.

"Kami ingin memastikan bahwa rezim brutal Presiden Suriah Bashar Al Assad tidak dapat kembali ke Afrin. Kami juga akan terus mengusahakan lewat saluran diplomasi pengakhiran perang saudara Suriah," kata dia lagi.

Washington ingin mempertahankan hubungan dengan Turki, tapi Amerika Serikat juga menjalin hubungan dengan pasukan Kurdi dan pasukan lainnya yang dimusuhi oleh Ankara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya