Isu Perbatasan Jadi Fokus dalam Pertemuan Menlu RI-Timor Leste

Menlu Indonesia dan Timor Leste melakukan pertemuan bilateral di Jakarta. Selain perbatasan, Timor Leste membahas sejumlah isu penting.

oleh Afra Augesti diperbarui 31 Jan 2018, 13:18 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2018, 13:18 WIB
Menlu Timor Leste
Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Republik Demokratik Timor Leste, Aurelio Guterres dalam kunjungannya ke Jakarta, melakukan breakfast meeting dengan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Gedung Pancasila, Kemenlu RI. (Liputan6.com/Afra Augesti)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menggelar breakfast meeting bersama Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Republik Demokratik Timor Leste Aurelio Sergio Guterres.

Pertemuan yang diadakan di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, tersebut membahas penguatan kerja sama bilateral dua negara yang saling bertetangga ini.

Di antara isu yang menjadi perhatian keduanya adalah perundingan perbatasan, konektivitas, pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan, kerja sama teknik, pendidikan, dan pelatihan.

Berkenaan dengan masalah perbatasan, kedua menlu sepakat untuk mempercepat penyelesaian negosiasi dua unresolved segment batas darat yang belum terselesaikan.

"Kita sepakat untuk lebih mengintensifkan komunikasi dan negosiasi penyelesaian two unresolved segment yang ada di Noel Besi-Citrana dan Bijael Sunan-Oben," tutur Menlu Retno usai melangsungkan breakfast meeting bersama Menlu Aurelio di Jakarta pada Rabu (31/1/2018).

"Kita juga mengharapkan Joint Border Committe dapat melakukan pertemuan kembali dalam waktu dekat. Untuk negosiasi maritim, kita sepakat agar segera dimulai, terutama untuk segmen bagian utara, karena isu ini pernah dibahas Presiden Jokowi sewaktu datang ke Timor Leste," imbuhnya.

Selain masalah di atas, Indonesia dan Timor Leste juga sepakat membangun jalan dan jembatan, sehingga bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat perbatasan.

Menlu Retno bahkan sempat menyebut bahwa Perum Damri berencana membuka jalur darat yang menghubungkan Kupang - Dili.

"Kita akan fokus pada pembangunan infrastruktur dan sepakat agar pembangunan jembatan Motaain segera dilakukan, karena jembatan ini sangat penting artinya untuk people to people konteks dan menjadi jembatan yang menghubungkan kegiatan ekonomi kedua negara," ucap Menlu Retno. 

"Saya minta agar minggu kedua Februari, dokumen kerja sama itu sudah ditandatangani, sehingga pembangunan jembatan Motaain bisa dimulai Maret, karena semua sudah siap," lanjutnya.

Ia menambahkan, selain jembatan, Indonesia juga telah berpartisipasi dalam membangun jalan raya dan bandara di Timor Leste, seperti konektivitas udara yang diperkuat melalui kerja sama penerbangan charter dari Kupang ke Dili oleh Air Timor dan Transnusa.

 

Kerja Sama Bidang Pendidikan dan Energi

Perbatasan RI-Timor Leste
Kesepakatan para raja mengenai sengketa batas wilayah Indonesia dan Timor Leste di Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, NTT, 14 November 2017. (Foto: Dok. Pribadi/Raja Amfoang, Robby G.J. Manoh/Liputan6.com/Anri Syaiful)

Pemerintah Timor Leste memercayakan pembangunan sejumlah proyek infrastruktur strategis kepada perusahaan konstruksi asal Indonesia.

Sebaliknya, Indonesia berkomitmen untuk mendukung pembangunan di Timor Leste melalui berbagai program pengembangan kapasitas dan pendidikan, sebagaimana disampaikan oleh Menlu Guterres.

"Tentu dari pihak Timor Leste, apa yang tadi sudah dibahas perlu dilanjutkan dan tujuan utamanya adalah bagaimana kita tetap membangun hubungan kerja sama antardua negara. Yang paling penting adalah kedua masyarakat. Banyak warga atau mahasiswa Timor Leste yang belajar di Indonesia, juga banyak warga Indonesia yang bekerja atau hidup di Timor Leste," ungkap Menlu Guterres.

Adapun untuk urusan energi, Menlu Retno mengatakan kepada Menlu Guterres agar pemerintah Timor Leste memberikan perhatian terhadap PT Pertamina (Persero) yang sudah lama beroperasi di ibu kotanya, Dili.

"Indonesia adalah mitra dagang terbesar bagi Timor Leste. Investasi kita banyak dilakukan di sana. Tadi mereka juga minta agar investor industri garam Indonesia mau masuk ke Timor Leste, karena mereka punya banyak garam yang belum bisa dikelola secara maksimal," kata Menlu Retno.

Kedekatan Indonesia dan Timor Leste ditunjukkan dari intensitas pertemuan kedua Menlu, di mana pertemuan kali ini merupakan pertemuan ketiga sejak Menlu Guterres dilantik pada September 2017.

Sejak dibukanya hubungan diplomatik pada tanggal 2 Juli 2002, hubungan bilateral kedua negara tersebut diakui berkembang pesat dan semakin matang, dengan visi "menatap ke depan dan merajut hubungan yang baik".

Kedua negara telah mengembangkan kerja sama dalam berbagai bidang seperti ekonomi dan investasi, perdagangan, kesehatan, pertanian dan sosial budaya, serta saling memberikan dukungan dalam berbagai forum internasional.

Proses rekonsiliasi Indonesia dan Timor Leste juga telah menjadi pembelajaran positif bagi masyarakat dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya