Liputan6.com, Kuala Lumpur - Pemerintah Malaysia menghadapi kritikan keras pasca-pemuatan 3 halaman penuh iklan ucapan Perayaan Imlek di sebuah surat kabar berbahasa Mandarin, yang menampilkan seekor ayam jago menggonggong.
Dilansir dari laman BBC pada Senin (19/2/2018), gambar tersebut seyogianya mengungkapkan Tahun Ayam Jago dalam kaleidoskop China telah berakhir dan kini berganti ke Tahun Anjing.
Dalam momen pergantian tahun kalender China, Kementerian Perdagangan Malaysia mengiklankan harapan keberuntungan di Tahun Anjing namun dengan menampilkan gambar seekor ayam dengan gonggongan dalam aksara China.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu sontak menuai kecaman sekaligus lelucon yang meluas di tengah masyarakat Malaysia. Kementerian terkait pun meminta maaf secara terbuka, dan menyebut insiden itu sebagai 'kesalahan teknis'.
Namun, insiden tersebut terlanjut membuat heboh publik, dengan mayoritas menganggap hal itu sebagai suatu kesalahan besar, karena dimuat di surat kabar berbahasa Mandarin.
Di Facebook, para warganet menyebut insiden terkait sebagai bentuk 'kebodohan', sementara beberapa yang lainnya menganggapnya sebagai hal yang mempermalukan Malaysia.
Sementara itu, surat kabar Malaysia berbahasa Inggris setempat, The Star, mengutip komentar ketua lembaga kerukunan beragama Malaysia Chinese Association, yang menyebut pemuatan iklan terkait sebagai upaya 'membuat marah' warga keturunan Tionghoa.
Simak video menarik tentang perayaan Imlek oleh warga keturunan Tionghoa di Malaysia berikut:
Pebisnis Menghindari Penggunaan Visual Anjing
Insiden terkait merupakan bentuk ambiguitas yang merujuk pada anggapan sebagian besar masyarakat Muslim Malaysia, bahwa anjing adalah hewan bernajis.
Seminggu menjelang Perayaan Imlek, para pebisnis di Malaysia menghindari penggunaan visual anjing sebagai bagian dari aktivitas komersial, dan menggantinya dengan aksara China yang sesuai. Hal ini dilakukan guna menghindari risiko konflik dengan mayoritas warga Muslim di sana.
Sejatinya pemerintah Malaysia tidak pernah mengatakan secara langsung larangan untuk menempatkan ornamen hewan anjing -- dan juga babi -- di ranah komersial.
Namun, banyaknya aturan dan kebijakan pemerintah yang terinspirasi oleh hukum Islam, membuat asosiasi pengelola retail memilih "bermain aman" dalam perayaan Imlek nanti.
Sebagaimana diketahui, anjing dan babi merupakan dua hewan yang dianggap najis oleh umat muslim. Keberadaan kedua hewan itu sebenarnya tidak dipermasalahkan, kecuali interaksinya dengan warga muslim.
Untuk mengakalinya, banyak pengelola retail mengganti representasi hewan anjing dengan karakter dalam aksara China. Substitusi tersebut dicetak di atas beberapa produk garmen, alat tulis, dan cendera mata.
Selain melalui aksara China, semarak Imlek juga dimeriahkan oleh ornamen aneka bunga musim semi, dekorasi bertema Tionghoa, dan nuansa merah menyala di banyak kawasan komersial di Malaysia.
Advertisement