Menguak Rahasia Prasasti Kuno di Bawah Pusara Nabi Yunus

Para arkeolog berhasil menguak rahasia sekumpulan prasasti kuno di bawah pusara Nabi Yunus. Apa isinya?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 20 Feb 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2018, 19:00 WIB
Salah satu prasasti kuno yang menceritakan kisah Raja Esarhaddon, penguasa terbesar kerajaan Asyiria - AP
Salah satu prasasti kuno yang menceritakan kisah Raja Esarhaddon, penguasa terbesar kerajaan Asyiria - AP

Liputan6.com, Nineveh, Irak - Jauh di dalam lapisan tanah, di bawah nisan Nabi Yunus di kota kuno Nineveh di Irak, para arkeolog menemukan beberapa prasasti berusia sekitar 2.700 tahun.

Batu bertulis itu mengisahkan kekuasaan seorang raja Asyria bernama Esarhaddon.

Dilansir dari situs sains LiveScience pada Selasa (20/2/2018), tujuh buah prasasti ditemukan di dalam empat buah terowongan berbeda. Keempat terowongan tersebut berada di bawah bekas pusara Nabi Yunus yang menjadi situs suci bagi umat Islam dan Kristiani.

 

Namun nahas, pusara tersebut telah dihancurkan oleh kelompok ISIS pada masa pendudukan, yang berlangsung dari Juni 2014 hingga Januari 2017 lalu.

"ISIS sempat mencoba menggali terowongan lain untuk mencari kemungkinan harta karun lainnya dari masa kekuasaan Kerajaan Asyiria, tapi gagal karena serangan pasukan koalisi pimpinan AS," jelas Ali Y Al-Jubhori, direktur Pusat Studi Asyiria pada Universitas Mosul, Irak.

Salah satu prasasti, setelah diterjemahkan, berisi tulisan sebagai berikut: "Istana Esarhaddon, raja yang kuat, penguasa dunia, Raja Asyiria, gubernur Babilonia, raja Sumeria dan Akkad, raja-raja kecil di muara Mesir, hulu Mesir, dan Kush (sebuah kerajaan kuno yang berlokasi di Kota Nubia di selatan Mesir)".

Prasasti lain mengatakan bahwa para pemimpin Kush pernah beberapa kali menguasai Mesir. Disebutkan pula bahwa Esarhaddon berhasil mengalahkan penguasa Kush, dan kemudian memilih pemimpin baru untuk mengatur wilayah Mesir.

Menariknya, ada satu prasasti yang menceritakan bagaimana Esarhaddon bertanggung jawab merekonstruksi ulang kuil Dewa Assura (kepada dewa bagi bangsa Asyiria), membangun kembali Kota Babilonia dan Esagil, serta meremajakan patung-patung dewa.

Tidak lupa diceritakan tentang silsilah keluarga besar Esarhaddon, di mana ia disebut sebagai putra dari Sennacherib yang hidup pada tahun 704 hingga 681 Sebelum Masehi. Esarhaddon juga diketahui merupakan keturunan dari Sargon II, hidup pada 721-705 Sebelum Masehi, yang juga mengklaim sebagai penguasa dunia.

 

Simak video menarik tentang penemuan makam kuno berusia 3500 tahun berikut: 

Klaim Kekuasaan Esarhaddon

Selain tujuh prasasti di atas, Al-Juboori juga menerjemahkan empat prasasti lainya yang ditemukan di Kota Nineveh, yakni tepatnya di dekat Gerbang Nergal, sebuah situs kuno di tenggara Irak.

Keempat prasasti tersebut ditemukan dalam kurun waktu 1987 hingga 1992 silam, tapi tidak bisa segera dipublikasikan karena berbagai konflik yang terjadi kala itu.

Versi terjemahan keempat prasasti itu menceritakan tentang kekuasaan Raja Sennacherib, yang diyakini pernah memiliki tembok benteng setinggi gunung di sekitar Kota Nineveh.

Dalam beberapa prasasti terkait, Esarhaddon mengklaim: "Saya mengepung, menaklukkan, menjarah, menghancurkan, dan membakar 21 kota mereka bersama dengan kawasan-kawasan kecil di sekitarnya."

Prasasti terkait juga menceritakan tentang penaklukan bangsa Sidon (kini berlokasi di Lebanon) oleh Esarhaddon, di mana ia mengklaim berhasil menghancurkan tembok kota dan melemparkan seluruh penduduknya ke Laut Mediterania.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya