PM Malaysia Tuduh Putra Mahathir Mohammad Gunakan Jasa Cambridge Analytica

Bantah tuduhan bermitra dengan Cambridge Analytica, PM Najib Razak justru menuduh hal serupa ke putra Mahathir Mohamad.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Mar 2018, 20:11 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2018, 20:11 WIB
20150829- Ribuan Warga Malaysia Tuntut PM Najib Razak untuk Mundur-Malaysia
Ribuan orang menyemut di dekat Chinatown di ibukota Malaysia Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (29/8/2015). Mereka menuntut Perdana Menteri Najib Razak untuk mengundurkan diri karena diduga melakukan korupsi. (Reuters/ Athit Perawongmetha)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada hari Selas, 20 Maret 2018, membantah tegas klaim bahwa pemerintahnya telah terlibat kerja sama dengan Cambridge Analytica.

PM Najib justru menuduh putra saingannya Mahathir Mohamad, sebagai orang yang telah menggunakan layanan kontroversial tersebut, sebelum dia bergabung dengan pihak oposisi.

Dilansir dari South China Morning Post pada Rabu (21/3/2018), spekulasi tentang keterlibatan Cambridge Analytica di Malaysia telah berkembang sejak skandal terkait mengemuka pada akhir pekan lalu.

Salah seorang eksekutif senior konsultan politik itu muncul di tayangan investigasi pada televisi Channel 4, dan mengatakan bahwa mereka telah menggunakan jaringan perusahaan cangkang untuk menyamarkan kegiatan kampanye di Meksiko, Malaysia dan Brasil.

"Tidak satupun, baik Cambridge Analytica maupun perusahaan induknya, SCL Group, dikontrak, dipekerjakan atau dibayar dengan cara apapun oleh Barisan Nasional, Kantor Perdana Menteri, atau bagian dari pemerintah," jelas juru bicara pemerintah Malaysia kepada situs Newsweek, melalui sebuah pernyataan email.

Barisan Nasional adalah koalisi yang berkuasa saat ini, dan telah berkali-kali memimpin Malaysia sejak kemerdekaan negara itu pada 1957 silam.

Namun di situs resminya, Cambridge Analytica justru mencatat kampanye politik di negara bagian Kedah, sebagai salah satu pencapaiannya di Malaysia.

Situs tersebut mengatakan telah menjalankan 'kampanye pengiriman pesan yang ditargetkan' di negara bagian itu, yang membantu Barisan Nasional merebutnya kembali dalam pemilu 2013, setelah sebelumnya kalah dari oposisi pada pemilu 2008.

Saingan utama Najib, Mahathir Mohamad yang kini berusia 92 tahun, memimpin Barisan Nasional pada masa baktinya sebagai perdana menteri dari 1981 hingga 2003.

Putranya, Mukhriz Mahathir (53), memasuki dunia politik pada tahun 2000-an, dan diangkat menjadi menteri utama negara bagian Kedah pada tahun 2013. Keberhasilannya memimpin negara bagain Kedah inilah yang dituduh oleh PM Najib sebagai hasil kemitraan dengan Cambridge Analytica.

Namun pada 2016, Mukhriz digulingkan setelah bergabung dengan ayahnya, mengkritik PM Najib atas skandal dugaan korupsi dana pembangunan bernilai miliaran dollar.

“Perwakilan SCL Group di Malaysia, hari ini, mengonfirmasi kepada pemerintah bahwa jasa konsultasi Cambridge Analytica mengenai pemilu 2013, yang diberikan secara pribadi kepada Mukhriz Mahathir,” kata juru bicara PM Najib.

"Perwakilan SCL juga mengonfirmasi bahwa dia melaporkan langsung ke, dan dibayar oleh Mukhriz Mahathir, bukan Barisan Nasional atau Pemerintah,” lanjutnya.

 

 Simak video tentang kehebohan lima ekor sapi yang masuk ke dalam toko berikut: 

Putra Mahathir Mohamad Mengaku Tidak Tahu Cambridge Analytica

Mahathir Mohamad dan Najib Razak
Mahathir Mohamad dan Najib Razak (AFP)

Menanggapi tudingan tersebut, Mukhriz mengatakan kepada portal berita MalaysiaKini, bahwa dia tidak pernah mengenal Cambridge Analytica, dan juga tidak pernah melibatkan mereka untuk melakukan pekerjaan apapun, yang berhubungan dengan kegiatan politiknya.

"Jika mereka mengaku terlibat dengan Kedah di (pemilu 2013), saya tidak menyadarinya," kata Mukhriz.

"Tidak ada strategi dan taktik yang saya gunakan sebagai kepala penyelenggaran pemilu untuk Kedah selama (pemilu 2013). Mungkin mereka sedang berkonsultasi dengan kantor Perdana Menteri atau markas Barisan Nasional," lanjutnya menegaskan.

Kelompok induk Cambridge Analytica adalah Strategic Communication Laboratories (SCL), sebuah kontraktor militer dan pemerintahan yang berbasis di Amerika Serikat.

Perusahaan analisis data ini didanai miliaran dolar pengusaha Robert Mercer, dan diduga kuat berperan memenangkan Donald Trump dalam Pilpres 2016.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya