Dipicu Serangan Racun Saraf Novichok, Inggris 'Boikot' Piala Dunia 2018

Pejabat Inggris sedang menyelidiki kasus dua warganya yang terpapar gas saraf Novichok, racun saraf yang pernah digunakan untuk menyerang mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jul 2018, 07:36 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2018, 07:36 WIB
Pelepasan Bendera Rusia di London
Seorang pria mengambil bendera nasional Rusia dari tiang di luar Kedutaan Besar Rusia di London, Rabu (14/3). Inggris diketahui mengusir 23 diplomat Rusia menyikapi kasus mantan agen ganda Rusia yang diduga diracun zat saraf langka. (AP/Alastair Grant)

Liputan6.com, London - Inggris tetap bersikukuh dengan keputusannya: memboikot secara diplomatik turnamen Piala Dunia 2018 di Rusia. Sikap ini diambil menyusul adanya laporan dua warga yang terpapar gas saraf Novichok di Inggris barat daya, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (6/7/2018).

Meski timnas Inggris berhasil lolos ke perempat final dan akan berhadapan dengan Swedia pada laga Sabtu 7 Juli 2018, namun balkon tempat tamu-tamu VIP tak akan terisi oleh anggota keluarga kerajaan dan para menteri.

Perdana Menteri Theresa May awal tahun ini mengumumkan pemboikotan terhadap Piala Dunia 2018 setelah menuding Rusia berada di balik percobaan pembunuhan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya di Salisbury. Namun Kremlin telah menyangkal tuduhan tersebut.

London menegaskan kembali sikapnya saat meminta penjelasan dari Rusia tentang dua warganya yang terkena racun saraf Novichok, zat berbahaya yang dibuat di Soviet. Racun saraf ini pernah digunakan untuk menyerang Skripal.

"Piala Dunia bukan masalah politik dan para pemimpin politik," kata Menteri Keamanan Ben Wallace, Kamis 5 Juli 2018. Wallace merespons pertanyaan mengenai kemungkinan dampak insiden-insiden di Salisbury terhadap Piala Dunia 2018.

Dia menambahkan, timnas Inggris "dijaga oleh banyak anggota masyarakat Rusia yang baik", sedangkan para penggemar sepak bola Inggris "mendapat dukungan yang mumpuni" di Rusia.

Di tengah serangkaian pengusiran diplomat Rusia dari Inggris, Menteri Luar Negeri Boris Johnson sempat mengisyaratkan kemungkinan memboikot Piala Dunia 2018 oleh tim Inggris.

Namun, para pejabat mengklarifikasi bahwa boikot hanya berlaku untuk para pejabat dan tamu-tamu kehormatan yang menghadiri turnamen, tidak berlaku untuk skuad Inggris.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Terpapar Racun Syaraf Novichok, 2 Warga Inggris Kritis

Putri Mantan Agen Ganda Rusia Tampil di Depan Publik
Putri mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal, Yulia Skripal selama wawancara di London, 23 Mei 2018. Yulia Skripal tampil untuk pertama kalinya di depan publik sejak ia dan ayahnya diserang racun saraf di Salisbury, Inggris. (Dylan Martinez/Pool via AP)

Otoritas Inggris tengah menyelidiki kasus pasangan warga lokal yang kritis akibat diduga terpapar racun saraf Novichok.

Peristiwa terbaru ini terjadi empat bulan setelah mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya, Yulia Skripal diracun oleh pelaku yang tidak dikenal menggunakan racun serupa di Salisbury.

Korban terbaru, yang diidentifikasi oleh teman-temannya sebagai Dawn Sturgess yang berusia 44 tahun dan Charlie Rowley yang berusia 45 tahun, ditemukan tidak sadarkan diri pada Sabtu 30 Juni 2018 malam waktu setempat, di Amesbury.

Lokasi kejadian peristiwa terbaru itu hanya berjarak sekitar 13 km dari Salisbury.

Saat menemukan korban, polisi awalnya yakin pasangan itu mungkin telah mengkonsumsi heroin atau kokain dari sejumlah obat yang telah terkontaminasi.

Namun kini, seperti dikutip dari BBC, Kamis (5/7/2018), Kepolisian Inggris telah memastikan bahwa Sturgess dan Rowley terpapar oleh Novichok.

Kendati demikian, Polisi belum bisa memastikan apakah kasus Sturgess dan Rowley berhubungan dengan kasus Sergei dan Yulia Skripal.

Aparat juga belum bisa memastikan apakah racun Novichok pada kasus Sturgess dan Rowley berasal dari sumber yang sama dengan kasus Skripal.

Motif pada kasus Sturgess dan Rowley pun masih belum diketahui.

Hingga kini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Kantor Perdana Menteri Theresa May di Downing Street mengatakan insiden itu diperlakukan "dengan sangat serius" dan ia serta beberapa menteri terus-menerus mendapat informasi terbaru."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya