Korea Utara Bongkar Situs Uji Coba Rudal Balistik, Penuhi Keinginan Donald Trump?

Korea Utara, baru-baru ini, dikabarkan telah mulai membongkar sebuah situs yang digunakan untuk mengembangkan komponen rudal balistik.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 24 Jul 2018, 18:01 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 18:01 WIB
(ilustrasi) Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (ketiga kiri) memeriksa Rudal Hwasong-15 versi terbaru dari Hwasong-14, yang pernah diuji coba Juli 2017. (KCNA/Korea News Service via AP)
(ilustrasi) Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (ketiga kiri) memeriksa Rudal Hwasong-15 versi terbaru dari Hwasong-14, yang pernah diuji coba Juli 2017. (KCNA/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Washington DC - Korea Utara, baru-baru ini, dikabarkan telah mulai membongkar sebuah situs yang digunakan untuk mengembangkan komponen rudal balistik, menurut laporan lembaga think-tank pemerhati isu Korut.

Citra satelit yang dirilis oleh 38North --yang berbasis di Washington Stimson Center-- menunjukkan aktivitas di Stasiun Peluncuran Satelit Sohae, yang terletak di antara hutan lebat dan perbukitan dekat perbatasan utara Korut dengan China, pada 20-22 Juli 2018. Demikian seperti dikutip dari The Independent, Selasa (24/7/2018).

Para pekerja diyakini membongkar sebuah bangunan yang digunakan untuk merakit kendaraan peluncur-ruang angkasa dan tempat uji mesin roket. 38North juga meyakini bahwa para pekerja membongkar fasilitas pengembangan mesin berbahan bakar cair untuk rudal balistik dan kendaraan peluncur luar angkasa.

38North menilai bahwa itu menjadi langkah pertama yang penting menuju pemenuhan janji denuklirisasi dan perlucutan senjata Korea Utara, yang dibuat pada pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura pada Juni 2018.

Program senjata Korea Utara menjadi prioritas tinggi dalam agenda pertemuan puncak antara Trump dan Kim di Singapura. Presiden AS kemudian mengatakan bahwa Kim Jong-un telah berjanji untuk menghancurkan situs uji coba rudal utama "segera".

Trump tidak mengidentifikasi situs mana yang akan dihancurkan, tetapi, seorang pejabat AS yang anonim kemudian mengatakan bahwa itu adalah Stasiun Peluncuran Satelit Sohae.

"Fasilitas itu diyakini telah memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi untuk program rudal balistik antarbenua Korea Utara," 38North mengatakan dalam sebuah laporan.

"Sehingga, langkah (pembongkaran) situs itu menunjukkan upaya Korea Utara untuk menumbuhkan rasa kepercayaan (bagi komunitas internasional dan khususnya, AS)," lanjut 38North.

Pembongkaran situs Sohae terjadi di tengah kekhawatiran apakah Korea Utara akan menindaklanjuti komitmen yang dibuatnya dengan AS di Singapura.

Hal itu juga terjadi selepas Gedung Putih menyebut perjalanan diplomatik yang dilakukan oleh Menlu AS Mike Pompeo ke Pyongyang berlangsung "sangat buruk".

Para pejabat AS telah berulang kali mengatakan bahwa Korea Utara telah berkomitmen untuk menghentikan program senjata nuklir yang sekarang mengancam AS, tetapi, Pyongyang tidak menawarkan rincian tentang bagaimana hal itu bisa terjadi.

Kendati demikian, Jenny Town, Editor Manajer 38North, mengatakan, aktivitas pembongkaran Sohae bisa menjadi langkah penting untuk menjaga agar negosiasi antara Korea Utara-AS bisa tetap berjalan.

"Itu bisa berarti bahwa Korea Utara juga bersedia untuk melepaskan peluncuran satelit untuk saat ini serta uji coba nuklir dan rudal. Hal tersebut adalah faktor yang telah menggagalkan diplomasi di masa lalu," katanya.

 

Simak video pilihan berikut:

Kim Jong-un Desak AS 'Berani Bertindak Lebih'

Jabat Tangan Perdana Trump dan Kim Jong-un
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjabat tangan dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah di resor Capella, Pulau Sentosa, Singapura, Selasa (12/6). Trump dan Kim berjabat tangan untuk pertama kalinya. (AP/Evan Vucci)

Menurut seorang pejabat Amerika Serikat (AS) yang ahli dalam dinamika Korea Utara, menyebut negosiasi antara Washington dan Pyongyang bergantung pada keinginan pemerintahan Donald Trump untuk membuat "langkah berani" merombak perjanjian damai di Semenanjung Korea.

"Jika AS tidak mau mengganti perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea, dengan perdamaian permanen yang akan menjamin kelangsungan hidup rezim Kim Jong-un, Korea Utara kemungkinan tidak akan melanjutkan perundingan denuklirisasi," ujar sumber tersebut.

Dikutip dari CNN pada Senin 23 Juli 2018, pembentukan perjanjian perdamaian yang mengikat secara hukum, membutuhkan persetujuan dari dua pertiga Senat AS.

Disebutkan pula bahwa Korea Utara semakin menekan pemerintahan Trump untuk segera mencabut sanksi.

Pihak Kim Jong-un mengklaim telah melakukan "begitu banyak" pengorbanan awal, dengan membekukan uji coba rudal balistik, menghancurkan salah satu situs nuklir mereka, serta memfasilitasi repatriasi jasad para prajurit AS yang gugur saat Perang Korea di awal dekade 1950-an.

Namun di sisi lain, Donald Trump berkomentar, "Kami tidak ingin terburu-buru ... Kami tidak memiliki batas waktu. Kami tidak memiliki batas kecepatan. Kami hanya akan mengikuti proses. Tetapi hubungan (dengan Korea Utara) sangat bagus," kata sang Presiden AS pekan lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya