Ilmuwan Temukan Meteorit Kuno yang Bisa Mengungkap Asal-usul Kehidupan

Para ilmuwan mengklaim telah menemukan meteorit kuno yang disebut mampu mengungkap bagaimana kehidupan bermula.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Agu 2018, 07:31 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2018, 07:31 WIB
Meteor
Ilustrasi hujan meteor. (Wikimedia)

Liputan6.com, Manchester - Belum lama ini, para ilmuwan telah menemukan meteorit kuno yang disebut bisa menjelaskan asal usul kehidupan, bukan hanya di planet kita, tetapi juga di tempat lain di jagat raya.

Penemuan baru itu mengamati bebatuan yang terbentuk selama kelahiran tata surya, sekitar 4,5 miliar tahun lalu. Dengan mengintip kembali ke zaman kuno itu, para astronom dapat mencoba dan memahami bagaimana Bumi kita terbentuk dan mendukung kehidupan.

Dengan menggunakan temuan yang sama, sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk, Selasa (7/8/2018), para peneliti kemungkinan dapat memahami potensi kehidupan di tata surya lainnya.

Penelitian tersebut menegaskan bahwa bahan organik penting tampaknya telah terbentuk pada awal tata surya kita. Dengan melihat tanda isotop senyawa dalam batuan, mereka dapat menemukan "sidik jari" dari unsur-unsur kunci - termasuk karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan belerang, yang semuanya merupakan pusat dari awal kehidupan.

Jika bahan-bahan organik tersebut dapat dibentuk melalui proses yang relatif sederhana di awal tata surya, ada kemungkinan mereka tersebar luas di berbagai meteorit di tempat lain juga.

Menurut peneliti, hal itu mungkin berarti bahwa kehidupan dapat ditemukan lebih sering dalam sistem planet lain dari yang dugaan umum.

Jenis meteorit kuno yang dipelajari oleh para ilmuwan University of Manchester itu disebut sangat langka: dikenal sebagai chondrites karbon, di mana massanya hanya beberapa persen dari semua meteorit yang diketahui.

"Bumi adalah planet yang dinamis - proses seperti lempeng tektonik dan erosi telah menghapus sebagian besar catatan Bumi awal," kata Romain Tartèse dari School of Earth and Environmental Sciences di Manchester, Inggris.

Para peneliti mempelajari meteorit itu selama lebih dari dua tahun untuk menentukan susunannya yang tepat. Mereka menemukan serangkaian petunjuk tentang bagaimana blok bangunan kehidupan terbentuk.

"Pola isotop oksigen mirip dengan hubungan yang menghubungkan komposisi Matahari, asteroid dan planet terestrial," kata Dr Tartèse.

"Oleh karena itu, ini mungkin menyiratkan bahwa organik chondrite karbon terbentuk melalui reaksi kimia di Tata Surya awal, daripada telah diwarisi dari medium antarbintang."

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Satelit NASA Mencari Planet Baru

Stereo-B
Satelit Stereo-B yang sempat hilang, ditemukan, dan hilang lagi. (Sumber NASA)

Sementara itu, pada April 2018, NASA bersama SpaceX dilaporkan telah menjalin kerja sama meluncurkan misi terbaru.

Dalam misi ini, dua badan antariksa tersebut berupaya untuk mencari planet lain yang dapat mendukung kehidupan.

Terkini, misi tersebut sudah memulai tahap awal pencarian. Satelit yang diberi nama Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) ini diketahui sudah melakukan pengumpulan data yang dilakukan sejak 25 Juli.

Nantinya, TESS akan mulai mengirimkan data ke Bumi pada Agustus 2018. Setelah itu, hasil observasi baru akan dikirimkan setiap 13,5 hari setelah misi dimulai.

"Saya sangat bersemangat pemburu planet kami sudah siap menyisir halaman belakang tata surya untuk mencari dunia baru," tutur direktur divisi astrofisika NASA Paul Hertz seperti dikutip dari Space.com.

Hertz menuturkan dia sangat optimistis dengan misi ini, mengingat ada kemungkinan begitu banyak planet di alam semesta ini. "Saya menantikan dunia aneh dan fantastis yang dapat kita temukan," tuturnya.

Sekadar informasi, TESS meluncur pada 18 Apil ke orbit Bumi dan menjalani sejumlah uji coba sebelum benar-benar siap digunakan. TESS sendiri didesain untuk melanjutkan misi dari teleskop ikonis NASA, Kepler.

Cara kerja TESS mirip dengan Kepler, yakni mencari secercah cahaya dari planet yang mengitari sebuah bintang.

Namun, satelit ini akan mempelajari wilayah yang lebih luas selama dua tahun, berbeda dari Kepler yang hanya memantau sebagian kecil langit.

Selama misinya, TESS akan fokus pada 200 ribu bintang yang paling terang di langit. Instrumen yang ada di satelit ini, menurut NASA, diperkirakan dapat menemukan sekitar 1.600 exoplanet baru, termasuk yang berukuran mirip Bumi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya