Dituduh Mencoba Bunuh Presiden Maduro, 2 Perwira Militer Venezuela Ditangkap

Kritikus mengatakan, pemerintah menggunakan insiden ini sebagai alat untuk mengintensifkan kampanye Presiden Venezuela tersebut dan melawan para penentang Nicolas Maduro.

oleh Afra Augesti diperbarui 16 Agu 2018, 16:02 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2018, 16:02 WIB
Kasus Penyerangan Presiden Venezuela
Kolonel Pedro Zambrano dan Jendral Alejandro Perez menghadiri persidangan di pengadilan pada hari Senin (13/8/2018). Kepala jaksa penuntut umum, Tarek William Saab (foto), terlihat sedang menyampaikan sebuah pernyataan. (AFP)

Liputan6.com, Caracas - Jaksa di pengadilan Venezuela mengatakan pada Selasa, 14 Agustus, bahwa dua perwira militer berpangkat tinggi telah ditahan terkait penyerangan terhadap Presiden Nicolas Maduro.

Keduanya diringkus saat polisi tengah menyelidiki kasus serbuan drone itu, yang terjadi pada 4 Agustus. Demikian seperti dilaporkan oleh CNN, Kamis (16/8/2018).

Jaksa Agung Tarek William Saab menuturkan, Garda Nasional (National Guard) Mayor Jenderal Alejandro Perez dan Kolonel Pedro Javier Zambrano diajukan untuk menjalani sidang di pengadilan pada Senin malam waktu setempat.

Anggota parlemen oposisi Juan Requesens dituduh terlibat dalam serangan tersebut dan menjadi dalang di balik rencana penyerangan.

Jenderal Angkatan Darat, Armando Hernandez, dalam sebuah video yang diunggah di media sosial, mengatakan bahwa Juan telah diciduk oleh DGCIM (Directorate General of Military Counterintelligence adalah badan kontra intelijen militer Venezuela yang berfungsi untuk mencegah mata-mata atau spionase secara internal dan eksternal oleh militer dan sipil) di Caracas.

Kendati demikian, CNN tidak dapat memverifikasi klaim penangkapan tersebut secara independen.

Pihak berwenang telah mengidentifikasi otak dari pelaku percobaan pembunuhan Maduro beserta orang-orang yang membantu mereka, kata Saab. Penyelidikan, yang melibatkan empat jaksa, telah mengetahui titik awal drone itu diterbangkan. Tim juga menangkap dua pengendali pesawat tak berawak itu, kata pejabat penegak hukum Venezuela.

"Kami juga tahu lokasi tempat tinggal mereka beberapa hari sebelum serangan dilancarkan. Kami telah mendeteksi orang-orang yang membuat bahan peledak dan menyiapkan senjata, serta hubungan internasional mereka," ucap Saab.

Lebih lanjut, Saab menjabarkan bahwa serangan itu merupakan pengkhianatan terhadap Ibu Pertiwi, upaya pembunuhan yang disengaja, aksi teror, kesepakatan sebuah komplotan untuk melakukan kejahatan dan mendanai teroris.

Maduro selamat dari serangan itu dan tidak mengalami cedera setelah drone yang dipersenjatai dengan bahan peledak terbang ke arahnya, ketika ia berpidato dalam parade militer.

Sebelumnya, Maduro menuduh politikus sayap kanan dan Presiden Kolombia Juan Manuel Santos telah bersekongkol untuk menjalankan serangan drone tersebut. Kolombia menyebut klaim Maduro tidak berasas dan anggapan itu menjadi kebiasaan Maduro: menyalahkan Kolombia atas masalah apa pun di negaranya.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Menahan 6 Orang Terduga Dalang Serangan Drone

Aksi Heroik Pengawal Presiden Venezuela Saat Serangan Drone Berpeledak
Presiden Venezuela Nicolas Maduro (tengah) didampingi istrinya Cilia Flores (kiri) diserang drone berpeledak, Caracas, Venezuela, Sabtu (4/8). Seorang pilot elite helikopter, Oscar Pérez mengklaim sebagai pelaku serangan. (Venezolana de Television via AP)

Sementara itu, pihak berwenang Venezuela dilaporkan telah menahan enam orang yang dicurigai menggunakan drone berisi bahan peledak, dalam upaya yang gagal untuk membunuh Presiden Nicolas Maduro, pada Sabtu petang, 4 Agustus 2018.

Pemerintah menuduh faksi oposisi bersekongkol dengan pihak Amerika Serikat (AS) dan Kolombia dalam melakukan serangan tersebut, meski belum ada bukti spesifik yang menguatkan klaim terkait.

Serangan yang gagal itu terjadi ketika Venezuela terguncang oleh krisis ekonomi dan kemanusiaan yang kian memburuk, sehingga membuat Presiden Maduro terisolasi dari pergaulan global. Negara-negara asing, termasuk Amerika Serikat, menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap banyak pejabat tinggi, sekaligus mengutuk pemerintahannya sebagai rezim otokratis.

Dikutip dari TIME pada Senin, 6 Agustus 2018, para penyerang menerbangkan dua pesawat tanpa awak (drone) masing-masing berisi satu kilogram bahan peledak plastik C-4 ke arah Maduro, istri dan para pejabat teras lainnya, ketika ia berbicara pada Sabtu petang, dalam perayaan HUT ke-81 Garda Nasional.

Menteri Dalam Negeri Nestor Reverol mengatakan bahwa salah satu drone meledak di atas presiden, sementara yang lain menyerang tidak jauh di depannya.

Pihak militer Venezuela berhasil menjatuhkan salah satu drone, sementara yang lain terbang ke arah sebuah gedung apartemen yang berjarak dua blok jauhnya dari lokasi Presiden Maduro berpidato.

"Saat ini, kami telah menahan enam terduga teroris dan pembunuh, dan mungkin dalam beberapa jam ke depan, akan lebih banyak penangkapan," kata Menteri Reverol.

Dari orang-orang yang ditangkap, Menteri Reverol mengatakan dua di antaranya diketahui pernah terlibat aksi menentang pemerintah, meski tidak disebutkan jelas nama atau tuduhan apa yang dijatuhkan kepada mereka. Salah satunya terlibat aksi protes yang berujung kerusuhan pada 2014, dan lainnya pernah ditahan karena terbukti berperan dalam serangan terhadap barak militer.

Menteri Pertahanan Vladimir Padrino Lopez, yang tampil di televisi nasional pada Minggu 5 Agustus, mengatakan para penyerang bertujuan "memenggal kepala" seluruh pejabat pemerintah Venezuela, tidak terkecuali Presiden Maduro.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya