AS Kirim Pasukan Keamanan Khusus untuk Menjaga Kedutaan De Facto di Taiwan

Salah seorang juru bicara Kemlu AS mengatakan bahwa Washington akan mengirim pasukan khusus untuk menjaga kedutaan de facto di Taiwan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 31 Agu 2018, 14:32 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2018, 14:32 WIB
Bendera Taiwan bersanding dengan bendera Amerika Serikat (AFP)
Bendera Taiwan bersanding dengan bendera Amerika Serikat (AFP)

Liputan6.com, Taipei - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan, akan segera mengirim secara bertahap personel keamanan khusus ke kedutaan de facto-nya di Taiwan dalam beberapa waktu ke depan.

Kabar tersebut disampaikan oleh seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, ketika menanggapi pertanyaan tentang apakah Washington akan mengirim marinir untuk memberikan keamanan di American Institute in Taiwan (AIT) --nama resmi kedutaan de facto-- saat resmi beroperasi September mendatang.

"Seperti praktik di lokasi AIT saat ini, sejumlah kecil personel AS dikirim untuk bertugas bersama sejumlah besar karyawan yang dipekerjakan secara lokal, guna memberi rasa aman atas kerja sama positif dengan pemerintah setempat," kata juru bicara itu, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post pada Jumat (31/8/2018).

Laporan media sebelumnya, mengatakan pada Juni lalu, Kemlu AS meminta agar korps marinis dikirim ke AIT. Jika permintaan tersebut diberikan untuk fasilitas baru, maka akan menjadi pertama kalinya dalam hampir 40 tahun sejarah pasukan khusus itu menjaga misi diplomatik di Taiwan.

Namun, laporan yang dirilis oleh situs resmi Marinir AS mengatakan pada Juli lalu, bahwa permintaan tersebut tidak dikabulkan.

Juru bicara Kemlu AS tidak memberikan rincian, juga tidak mengatakan apakah marinir akan ditempatkan berseragam, dengan mengatakan hal itu tidak "membahas masalah keamanan khusus mengenai perlindungan fasilitas atau personil kami".

Amerika Serikat biasanya menempatkan marinir berseragam sebagai penjaga di kedutaan besar, konsulat dan bangunan pemerintah resmi lainnya di seluruh dunia.

Jika hal serupa terjadi di Taipei, itu akan menjadi yang pertama kalinya sejak 1979, ketika Amerika Serikat mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China, bahwa Washington telah menerapkan protokol keamanan yang serupa ke kedutaan tidak resmi di sana.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Berisiko Memicu Tanggapan Negatif Beijing

Pembukaan resmi Kedutaan de Facto Amerika Serikat di Taipei, Taiwan (AP)
Pembukaan resmi Kedutaan de Facto Amerika Serikat di Taipei, Taiwan (AP)

Kehadiran pasukan marinir berseragam di AIT berpotensi menimbulkan tanggapan negatif dari Beijing, di mana menurut beberapa pengamat, bisa dilihat sebagai upaya Washington meningkatkan status diplomatiknya dengan Taiwan.

Bonnie Glaser, direktur Proyek Daya China di Pusat Keamanan dan Studi Internasional di Washington, mengatakan bahwa "keputusan tentang keamanan kompleks AIT baru dibuat beberapa tahun yang lalu, dan hanya telah ditegaskan kembali oleh pemerintahan Trump".

"Pengaturan apa pun yang dibuat adalah bertujuan memastikan keamanan kompleks AIT, bukan untuk menghukum China karena intimidasi terhadap Taiwan," katanya.

Ketika ditanya tentang potensi penugasan marinir ke Taiwan pada konferensi pers pada akhir Juni, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang memperingatkan AS untuk "berhati-hati".

"Bahwa AS secara ketat tunduk pada ikrar 'satu China' dan menahan diri dari melakukan pertukaran resmi, atau kontak militer dengan Taiwan adalah prakondisi politik untuk hubungan China-AS," kata Lu.

"AS jelas tentang posisi China dan tahu harus berhati-hati mengenai masalah ini, guna menghindari gesekan hubungan bilateral secara keseluruhan."

Global Times, tabloid yang dimiliki oleh lembaga penyiaran Partai Komunis China, juga memperingatkan dalam sebuah artikel opini di bulan Juli, bahwa Beijing akan menganggap penempatan semacam itu sebagai "subversi yang berat dari kebijakan satu-China, atau bahkan invasi terhadap militer AS."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya