Israel Tembak Mati Warga Sipil Palestina, 7 Orang Tewas Termasuk Anak-Anak

Sebanyak tujuh orang, termasuk anak-anak, tewas akibatan tembakan oleh pasukan Israel pada Sabtu, 29 September 2018.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Sep 2018, 12:31 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2018, 12:31 WIB
Tentara Israel Todongkan Senjata pada Petugas Medis Palestina
(ilustrasi) Tentara Israel menodongkan senjata ke petugas medis Palestina ketika berusaha mengobati demonstran yang terlibat bentrokan di Ramallah, Tepi Barat, Senin (12/3). Aksi protes terkait pengangkapan salah satu mahasiswa oleh pasukan Israel. (ABBAS MOMANI/AFP)

Liputan6.com, Gaza - Serangan pasukan Israel telah menewaskan tujuh orang Palestina, dua di antaranya anak-anak, dan menembak lebih dari 90 orang lainnya di salah satu hari paling berdarah dalam gerakan protes enam bulan di sepanjang perbatasan Gaza, kata kementerian kesehatan setempat.

Kementerian Kesehatan Gaza, yang berada di bawah kendali Hamas, mengatakan, dua korban anak-anak, Nasser Mosabeh (12) dan Mohammed al-Houm (14), terkena tembakan penembak jitu di dekat pagar perimeter, yang mengelilingi satu sisi kantong pantai seluas 140 mil persegi.

Dikutip dari The Guardian pada Minggu (30/9/2018), tentara Israel mengatakan sekitar 20.000 orang berkumpul di banyak tempat di sepanjang perbatasan.

Di sisi lain, pihak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu, "Para perusuh menyabotase infrastruktur keamanan, berusaha untuk menyeberangi pagar keamanan, dan menyusup ke Israel di beberapa lokasi. Mereka melemparkan lebih dari 100 (alat peledak improvisasi) dan granat terhadap pasukan IDF."

Israel menyebut tidak ada korban dari pihak IDF.

Warga Palestina telah melakukan aksi protes setiap pekan sejak 30 Maret, dalam apa yang mereka sebut sebagai demonstrasi "the Great March of Return", yang menuntut pengembalian hak atas tanah dan ruang bagi orang-orang Palestina yang melarikan diri atau terusir dari area yang kini diduki Israel, sejak berdirinya Negara Israel pada 1948 silam.

Para demonstran juga memfokuskan aksi pada blokade Israel-Mesir sepanjang satu dasawarsa terakhir, yang telah menjerat sebagian besar populasi dan menghancurkan ekonominya.

Pertumpahan darah di perbatasan Gaza telah membawa Israel dan Hamas Palestina dekat dengan risiko perang, yang jika meletus, diperkirakan akan lebih paling dibandingkan konflik serupa yang pecah pada 2014.

Israel menggunakan serangan udara, dan sementara Hamas menembakkan bom mortir serta roket.

Upaya gencatan senjata yang didukung PBB, yang dimediasi oleh Mesir, dialporkan terhenti bulan ini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Serangan Israel Telah Menewaskan 190 Orang

Diserang Israel, Kota Gaza Hancur Lebur
Warga melihat puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Palestina, (9/8). Tentara Israel kembali membombardir Gaza sebagai aksi balasan terhadap serangan militan Hamas. (AP Photo/Khalil Hamra)

Hingga pekan ini, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 190 orang, mayoritas dengan peluru, tetapi ada pula akibat pemboman.

Berbagai laporan kelompok pemerhati hak, bahwa anak-anak, petugas medis dan wartawan telah ditembak, seringkali ketika mereka berdiri jauh dari pagar. Sedangkan di waktu yang sama, hanya satu tentara Israel ditembak mati.

Kelompok bantuan internasional Doctors Without Borders mengatakan telah merawat lebih dari 2.000 pasien dengan luka tembak, 90 persen di antaranya terkena di bagian bawah kaki, sejak protes dimulai.

Pasien termuda yang dirawat berusia tujuh tahun, kelompok itu mengatakan dalam sebuah email. Hampir setengah dari korban tembakan tersebut mengalami patah tulang, dan beberapa cedera lainnya.

Israel mengatakan tindakannya terfokus untuk mencegah orang memasuki wilayahnya, dan menuduh Hamas menggunakan unjuk rasa untuk melancarkan serangan.

Pada hari Jumat, dikatakan beberapa orang Palestina telah melanggar pagar tetapi segera berbalik arah.

Bank Dunia memperingatkan pada hari Selasa bahwa ekonomi Gaza berada pada risiko "terjun bebas", di mana hal itu mengutip blokade sebagai faktor utama, disusul oleh sanksi ekonomi dari rival politik Hamas, Otoritas Palestina, dan pengurangan tajam dalam bantuan internasional.

Dikatakan bahwa pengangguran sekarang mencapai 50 persen, dan lebih tinggi dari 70 persen di antara pemuda Gaza.

"Kombinasi perang, isolasi, dan persaingan internal telah meninggalkan Gaza dalam keadaan ekonomi yang melumpuhkan, dan memperburuk penderitaan manusia," kata Marina Wes, direktur Bank Dunia untuk kawasan itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya