Prancis Tuduh Iran Merencanakan Aksi Bom di Paris

Pemerintah Prancis mengeluarkan pernyataan resmi yang menuduh intelijen bertanggung jawab atas rencana pengeboman di Paris.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 03 Okt 2018, 12:33 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 12:33 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron (AP/Phillipe Wojazer)
Presiden Prancis Emmanuel Macron (AP/Phillipe Wojazer)

Liputan6.com, Paris - Para pejabat Prancis mengatakan intelijen Iran bertanggung jawab atas rencana pengeboman sebuah unjuk rasa kelompok oposisi Negeri Persia di Paris, pada bulan Juni.

Dalam sebuah pernyataan resmi, pemerintah Prancis mengatakan telah membekukan aset dua pejabat senior Iran, terkait tudingan di atas.

Iran bersikeras bahwa dugaan plot itu palsu, dan menyerukan pembicaraan untuk meluruskannya, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Rabu (3/10/2018).

Dalam perkembangan kasus terbaru pada Selasa 20 Oktober, polisi di kota Dunkirk --kota pelabuhan di utara Prancis-- menyerbu pusat Muslim Syiah setempat, yang memiliki hubungan dekat dengan Iran.

Mereka melakukan beberapa penangkapan dan membekukan aset kelompok tersebut.

Kilas balik pada 30 Juni, pendukung oposisi Iran berkumpul di Paris untuk menghadiri pertemuan Dewan Pertahanan Nasional Iran (NCRI). Para tamu yang hadir termasuk politisi AS, Newt Gingrich, seorang mantan ketua DPR, dan Rudy Giuliani, pengacara Presiden Donald Trump.

NCRI dianggap sebagai lengan politik kelompok pembangkang Mujahidin-e-Khalq (MEK), yang telah ditetapkan Iran sebagai organisasi teroris.

Kemudian muncul bahwa dua warga negara Belgia asal Iran --seorang suami dan istri yang dikenal sebagai Amir A dan Nasimeh N-- telah ditangkap oleh polisi, karena kedapatan memiliki setengah kilogram bahan peledak dan detonator.

Dalam serangkaian serangan terkoordinasi, pria lain, yang diidentifikasi hanya sebagai Merhad A, ditangkap oleh polisi Prancis di Paris dan dituduh sebagai kaki tangan intelijen Iran.

Seorang diplomat Iran yang berbasis di Austria, Assadollah Assadi, juga ditangkap oleh polisi di Jerman.

Jaksa setempat mengatakan Assadi adalah agen intelijen yang bertemu dengan pasangan suamii istri tertuduh di Luxembourg, di mana dia memerintahkan serangan bom di Paris, sekaligus menyerahkan bahan peledak kepada mereka.

Austria menanggalkan status diplomatik Assadi setelah penangkapannya, dan kini ia menghadapi ekstradisi dari Jerman ke Belgia, untuk kemudian menjalani sidang tuntutan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Pembekuan Aset Dua Tersangka Operasi

Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi (iStock)

Pada hari Selasa, pemerintah Perancis mengumumkan pembekuan aset dua tersangka operasi intelijen Iran, yang diyakini sebagai Assadi dan Saeid Hashemi Moghadam.

"Dalam mengambil keputusan ini, Perancis menggarisbawahi tekad untuk melawan terorisme dalam segala bentuknya, terutama di wilayah kami sendiri," tulis pernyataan bersama yang tidak biasa antara menteri dalam negeri, menteri luar negeri, dan menteri ekonomi Prancis.

Di lain pihak, Iran sekali lagi dengan cepat membantah keterlibatan terhadap tudingan rencana aksi bom.

Teheran mengatakan dugaan plot itu "dirancang oleh mereka yang ingin merusak hubungan lama Iran dengan Perancis dan Eropa".

"Kami menyangkal tuduhan itu dan dengan keras mengutuk penangkapan diplomat Iran, dan menyerukan pembebasannya segera," tulis pernyataan kementerian luar negeri terkait.

Namun berbicara kemudian, juru bicara kementerian Bahram Ghasemi menyerukan pembicaraan dengan Perancis untuk menjernihkan "kesalahpahaman".

"Jika ada kesalahpahaman ... tentang hal yang tidak ada, apakah itu konspirasi oleh orang lain atau kesalahan, kita bisa duduk dan membicarakannya," katanya kepada kantor berita AFP.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya