Awan Debu Menyelimuti Sydney, Kualitas Udara Masuk Kategori Berbahaya

Kualitas udara di sebagian negara bagian New South Wales (Australia) termasuk ibukota Sydney sangat buruk pada Rabu 13 Februari 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Feb 2019, 12:31 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2019, 12:31 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Bendera Australia (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Sydney - Kualitas udara di Sydney dan sebagian wilayah lain di negara bagian New South Wales, Australia sangat buruk pada Rabu 13 Februari 2019 sehingga dikategorikan berbahaya karena adanya awan debu.

Awan debu ini berasal dari kawasan Barat negara bagian tersebut dan diterbangkan angin yang kuat menuju ke arah pantai.

Jarak pandang di ibukota Australia Canberra hanya berkisar 3 Km hari Selasa sore, menurut Biro Meteorologi Australia (BOM), dengan jarak pandang di tempat lain hanya berkisar 1 Km.

"Ini buruk sekali." kata Stephem Stefanac dari BOM, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Kamis (14/2/2019).

"Dalam soal intensitas, ini mungkin kedua atau ketiga terburuk di Sydney selama musim panas ini."

Menurut Kantor Lingkungan dan Purbakala Australia, kualitas udara sudah mencapai tingkat berbahaya sejak pukul 9 hari Selasa malam dan tidak terjadi perbaikan.

Warga yang berada di kawasan yang mengalami kualitas udara buruk termasuk Sydney sudah diminta untuk tidak keluar rumah bila tidak diperlukan.

Mereka yang memiliki penyakit berkenaan dengan paru-paru dan jantung serta anak-anak diperingatkan untuk tidak melakukan kegiatan di luar rumah.

 

Simak video pilihan berikut:

Australia Tembus Rekor Cuaca Panas Ekstrem Sebulan Penuh

Bendera Australia (iStockphoto via Google Images)
Bendera Australia (iStockphoto via Google Images)

Sementara itu, Australia mencatat bahwa Januari 2019 merupakan bulan terpanas dalam sejarah negara itu, dengan suhu rata-rata melebihi 30 derajat Celsius selama hampir sebelum penuh.

Cuaca ekstrem, yang terjadi selama periode musim panas negara itu disebut "belum pernah terjadi sebelumnya", kata Biro Meteorologi Australia.

Dikutip dari BBC pada Jumat (1/2/2019), setidaknya lima hari di bulan Januari tercatat sebagai deretan hari terpanas, dengan suhu rata-rata dilaporkan mencapai 40 derajat Celsius.

Kondisi terik itu menyebabkan kematian, kebakaran hutan, dan kenaikan biaya berobat ke rumah sakit. Bahkan, cuaca panas esktrem juga menyebabkan lebih dari 90 ekor kuda mati massal.

Rekor baru ini melampaui kondisi yang dicatat pada 2013, yang sebelumnya dianggap sebagai gelombang panas terburuk di Australia.

"Kami melihat kondisi gelombang panas mempengaruhi sebagian besar negara di sepanjang bulan Januari," kata ahli iklim Dr Andrew Watkins.

Rekor terpecahkan baik pada durasi ataupun cakupan area terdampak cuaca panas. Selain itu, curah hujan juga dilaporkan turun di bawah rata-rata untuk sebagian besar wilayah Australia.

Suhu tinggi selama hampir dua pekan juga menyebabkan kematian jutaan ekor ikan di negara bagian New South Wales yang terkena dampak kekeringan.

Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya