Liputan6.com, Glasgow - Para ahli telah memperingatkan risiko epidemi penyakit, seperti malaria dan demam berdarah, menyerang pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di Amerika Latin, menyusul runtuhnya sistem perawatan kesehatan di Venezuela.
"Risiko epidemi sejak 18 tahun terakhir itu bisa benar terjadi jika Venezuela tidak menerima bantuan untuk mengendalikan penyebaran wabah malaria, Zika, demam berdarah dan penyakit lain yang melanda rakyatnya," ujar para ahli memperingatkan dalam sebuah laporan yang diterbitkan oleh jurnal Lancet Infectious Diseases.
Dikutip dari The Guardian pada Jumat (22/2/2019), Venezuela dulunya dikenal sebagai pemimpin regional dalam pengendalian malaria, tetapi karena runtuhnya layanan kesehatan di sana, menyebabkan hengkangnya para petugas medis terlatih, yang kemudian memicu darurat publik.
Advertisement
Baca Juga
"Penyakit-penyakit ini telah menyebar ke negara tetangga, Brasil dan Kolombia, dan dengan meningkatnya perjalanan udara dan migrasi manusia, sebagian besar wilayah Amerika Latin dan Karibia (serta beberapa kota AS yang menampung diaspora Venezuela, termasuk Miami dan Houston) berada pada risiko tinggi untuk munculnya kembali penyakit berbahaya itu," lapor jurnal terkait.
"Munculnya kembali penyakit seperti malaria di Venezuela telah menyebabkan epidemi dengan proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak hanya di negara itu tetapi di seluruh wilayah," kata Dr Martin Llewellyn, penulis utama yang berbasis di University of Glasgow.
"Berdasarkan data yang kami kumpulkan, kami akan mendesak otoritas nasional, regional dan global untuk mengambil tindakan segera untuk mengatasi epidemi yang memburuk ini, dan mencegah ekspansi mereka di luar perbatasan Venezuela," lanjutnya.
Dia mengatakan bahwa angka-angka itu mungkin terlalu rendah karena pemerintah Venezuela telah menutup institusi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Para dokter Venezuela yang terlibat dalam penelitian ini juga telah diancam dengan hukuman penjara, sementara laboratorium telah dirampok oleh milisi, perangkat keras dilepas dari komputer, mikroskop dan peralatan medis lainnya dihancurkan," lanjutnya memperinci.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Epidemi Malaria Disebut Mengkhawatirkan
Malaria adalah penyakit yang banyak menyerang masyarakat Venezeula, di mana WHO mencatat kasusnya meningkat hingga 359 persen antara 2010-2015, dari 29.736 menjadi 136.402 orang,
Lalu pada periode 2016-2017, kasusnya kembali meningkat sebanyak 71 persen, menjadi 411.586 pasien. Hal itu disebabkan oleh penurunan pengendalian nyamuk dan kekurangan obat antimalaria.
Epidemi ini semakin berisiko akibat munculnya penambangan ilegal di hutan dekat perbatasan selatan dengan Brasil. Rakyat Venezuela berbondong-bondong ke daerah itu dalam beberapa tahun terakhir, untuk menggali dan mendulang emas di tambang liar, ketika ekonomi ambruk dan hiperinflasi mengikis pendapatan mereka.
Air yang tergenang di lubang-lubang dan kamp-kamp yang tidak bersih, menjadi tempat berkembang biak yang sempurna bagi nyamuk, dan malaria segera menjadi endemik di banyak tambang.
Beberapa penambang dan keluarga mereka telah mengalami puluhan kali serangan penyakit ini.
Advertisement