Liputan6.com, Pyongyang - Kabar mengejutkan terkuak tak lama kepulangan Kim Jong-un dari KTT AS - Korea Utara di Hanoi, Vietnam. Menurut sejumlah analis, beredar citra satelit baru yang menunjukkan dugaan bahwa pihak Pyongyang tengah memulihkan situs peluncuran roket jarak jauhnya.Â
Seperti dikutip dari BBC, Rabu (6/3/2019), foto-foto fasilitas peluncuran roket Sohae tersebut diambil dua hari setelah pembicaraan antara Donald Trump dan Kim Jong-un berakhir tanpa kesepakatan tentang denuklirisasi Korut dan pencabutan sanksi atas Pyongyang.
Baca Juga
Â
Advertisement
Bukti citra satelit yang berasal dari beberapa lembaga think tank AS dan kesaksian dari Dinas Intelijen Korea Selatan, sepertinya menunjukkan kemajuan pesat dalam membangun kembali struktur pada landasan peluncuran roket di situs Sohae, Tongchang-ri.
Sohae telah menjadi fasilitas utama peluncuran satelit antariksa Korea Utara sejak 2012 -- yang memiliki teknologi serupa dengan peluncuran rudal balistik antar-benua. Situs itu juga digunakan untuk menguji mesin untuk rudal yang mampu mencapai AS.
Namun, fasilitasb tersebut tidak pernah digunakan untuk menguji rudal balistik yang dianggap sangat provokatif.
"Perbedaan tersebut penting," kata Redaktur Pelaksana Kelompok pemantauan 38 North, Jenny Town, kepada BBC.
"Korea Utara kemungkinan ,mengklaim pembangunan kembali itu bukan sebagai bagian aktif dari program rudal mereka, tetapi program antariksa sipil mereka -- alasan yang mereka ajukan berulang kali pada masa lalu. Orang akan berasumsi, pembangunan kembali struktur ini menandakan kurangnya kepercayaan pada proses negosiasi," kata Town.
Sementara, Beyond Parallel, proyek yang disponsori Center for Strategic and International Studies menyebut, aktivitas di Sohae konsisten dengan persiapan uji coba. Meski, citra satelit yang menunjukkan rudal telah dipindahkan ke launch pad.
"Aktivitas di lapangan menunjukkan mereka memiliki kapasitas rudal balistik nuklir antar-benua, yang bukan hanya dalam tahap pengembangan melainkan fase prototipe," kata Victor Cha, salah satu penulis laporan Beyond Parallel, seperti dikutip dari NBC News.
"Mereka telah melakukan sejumlah uji coba dan diduga sedang mempersiapkan aksi lainnya."
Saat dimintai tanggapan, Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders menolak berkomentar. "Kami tak mengomentari (aksi) intelijen," kata dia.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Ancaman Sanksi Lebih Lanjut
KTT kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berakhir pekan lalu di Hanoi tanpa kesepakatan.
Kedua pemimpin tidak dapat menyetujui seberapa jauh Korea Utara harus maju dengan denuklirisasi sebelum diberikan beberapa bantuan sanksi.
Dalam sebuah wawancara televisi pada hari Selasa, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan Korea Utara masih dapat menghadapi lebih banyak sanksi. Dia mengatakan Washington akan terus mengawasi apakah Pyongyang berkomitmen untuk menghentikan program senjata nuklirnya "dan segala sesuatu yang terkait dengannya".
"Jika mereka tidak mau melakukannya, maka saya pikir Presiden Trump sudah sangat jelas. Mereka tidak akan mendapatkan bantuan dari sanksi ekonomi yang menghancurkan yang telah dijatuhkan pada mereka dan kami akan melihat meningkatkan sanksi itu ke atas faktanya."
Namun, pengamat memperingatkan bahwa menambahkan sanksi baru bisa sepenuhnya menghambat upaya perdamaian.
"Korea Utara selalu bereaksi terhadap pengenaan lebih banyak sanksi dengan cara yang sama: menantang," kata Town.
"Memberlakukan sanksi baru sekarang hanya akan mengempiskan keinginan politik apa pun yang ada untuk terus bernegosiasi."
Advertisement