Liputan6.com, Seoul - Badan intelijen Korea Selatan menyatakan pada Selasa (4/2/2025), tentara Korea Utara yang bertempur di garis depan Kursk sejak pertengahan Januari tampaknya tidak terlibat lagi dalam pertempuran.
"Salah satu alasan untuk ini mungkin karena jatuh banyak korban, namun rincian pastinya masih dalam pemantauan," sebut Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, seperti dikutip dari CNA, Rabu (5/2).
Advertisement
Baca Juga
Pada Jumat (31/1), militer Ukraina mengungkap hal serupa, yaitu mereka yakin pasukan Korea Utara yang dikerahkan ke garis depan di Kursk telah "ditarik" setelah menderita kerugian besar.
Advertisement
Badan intelijen dari Barat, Korea Selatan, dan Ukraina menyebutkan bahwa Korea Utara mengerahkan lebih dari 10.000 tentaranya untuk mendukung pasukan Rusia yang berperang di wilayah Kursk, tempat Ukraina melancarkan serangan lintas perbatasan yang mengejutkan pada Agustus 2024.
Baik Korea Utara maupun Rusia belum mengonfirmasi secara resmi penempatan pasukan tersebut, namun kedua negara menandatangani sebuah kesepakatan, yang mencakup elemen pertahanan bersama, ketika Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan kunjungan langka ke Korea Utara tahun lalu.
Keberhasilan Ukraina merebut puluhan pemukiman perbatasan - pertama kalinya pasukan asing melintasi wilayah Rusia sejak Perang Dunia II - digambarkan memalukan bagi Kremlin.
Penempatan pasukan Korea Utara dimaksudkan untuk memperkuat pasukan Rusia dan membantu mereka mengusir pasukan Ukraina, namun setelah hampir enam bulan, Ukraina masih menguasai sebagian besar wilayah Rusia.
Ukraina mengaku mengatakan telah menangkap atau membunuh beberapa tentara Korea Utara di Kursk.
Presiden Volodymyr Zelenskyy telah mempublikasikan rekaman interogasi dengan apa yang dia sebut sebagai tahanan Korea Utara yang ditangkap oleh tentaranya di garis depan Kursk.
Sementara itu, pejabat Ukraina mengatakan bahwa tentara Korea Utara yang terluka lebih memilih untuk meledakkan diri dengan granat daripada ditangkap hidup-hidup.
Ukraina dan Barat mengutuk penempatan pasukan Korea Utara ini sebagai eskalasi besar dalam konflik yang telah berlangsung tiga tahun.
Korea Selatan sebelumnya mengatakan bahwa akibat kerugian yang dialami oleh pasukannya, Korea Utara sedang mempersiapkan penempatan tambahan ke Ukraina.
Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan pada Desember 2024 bahwa Korea Utara sedang "mempersiapkan rotasi atau penempatan tambahan tentara" untuk mendukung upaya perang Rusia.
Korea Utara dan Rusia telah memperdalam hubungan politik, militer, dan budaya mereka sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
Dalam suratnya pada momen Tahun Baru, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memuji Putin. Kim Jong Un mengatakan bahwa 2025 akan menjadi tahun "ketika tentara dan rakyat Rusia mengalahkan neo-Nazisme dan meraih kemenangan besar."