Liputan6.com, Jakarta - Kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 memasuki babak akhir. Sebelum pencoblosan pada 17 April mendatang, kedua pasangan calon kembali dipertemukan dalam ajang adu gagasan di debat kelima.
Debat pamungkas yang mempertemukan Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ini digelar di Sultan Hotel, Jakarta Pusat, 13 April 2019.
Debat pemilihan presiden kali ini mengangkat tema Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, Keuangan, dan Investasi, serta Perdagangan dan Industri.
Advertisement
Baca Juga
Sore tadi, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo telah melakukan kampanye akbar di Gelora Bung Karno (GBK), sementara Prabowo Subianto menggelar beberapa hari sebelumnya.
Debat terakhir yang diselenggarakan KPU ini tak hanya jadi pemberitaan dalam negeri, namun juga luar negeri. Media Singapura, Straits Times misalnya.
Dalam artikel berjudul "Economy, infrastructure spending among hot topics in Indonesia's final presidential debate" media Straits Times menyebut jika ini adalah debat pamungkas dengan isu yang sangat penting.
Media Singapura itu juga menyoroti soal titik lemah dan kuat dari pemerintahan Jokowi selama menjalankan jabatannya. Artikel tersebut menyebut bahwa titik lemah berada pada kebijakan impor, sementara kekuatannya berasal dari pemotongan subsidi BBM untuk pembangunan infrastruktur.
Selanjutnya, dalam artikel berjudul "Indonesia’s presidential candidates hold final debate ahead of elections", media bernama Foreign Brief turut menyoroti debat pemilihan presiden terakhir.
Media itu juga memasukan hasil dari jajak pendapat terbaru yang menunjukkan 55 persen pemilih mendukung presiden yang saat ini menjabat untuk bisa melanjutkan dapuk kekuasaan, ia adalah Jokowi.
Â
Pemberitaan Media Asing Lainnya
Media Singapura lain yang juga menyoroti debat pilpres adalah Channel News Asia. Isu perpajakan dinilai oleh media itu akan jadi hal yang mendominasi di debat tersebut.
Pasalnya, Channel News Asia menganggap penggelapan pajak sudah marak di Indonesia. Sementara pendapatan pajak harus mencapai 15 persen dari PDB untuk merangsang pertumbuhan, rasio Indonesia hanya 11 persen, demikian ditulis dalam artikel "Commentary: Politics, not policies, to determine the re-run race between Prabowo and Jokowi".
Tak mau kalah, media Bloomberg dalam artikel berjudul "Jokowi's Poll Fight Shows Indonesia's Islam Identity Crisis" menyebut jika adalah calon presiden yang paling berjuang melawan berita palsu.
"Presiden Indonesia yang dikenal sebagai Jokowi, yang berkampanye untuk masa jabatan lima tahun kedua, telah berupaya agar para pemilih tetap fokus pada rekam jejaknya dalam pembangunan infrastruktur, reformasi pajak, dan harga pangan yang lebih rendah," tulis media itu.
"Di bawah Jokowi, Indonesia telah tumbuh menjadi ekonomi triliunan dolar," tambah media itu.
Artikel "Indonesians flock to final presidential campaign rallies" yang ditulis oleh News 1130 lebih menekankan pada jumlah pemilih yang akan mencoblos di Indonesia pada 17 April mendatang sebanyak 193 juta orang.
Media lain seperti South China Morning Post lebih memfokuskan pada jumlah dana kampanye yang dikeluarkan oleh masing-masing kubu.
Advertisement
Pendapat Pengamat
Peneliti Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Arya Fernandez menyebut, debat terakhir merupakan momentum kedua paslon untuk meyakinkan pemilih.
"Ini adalah momentum terakhir yang bisa digunakan untuk meyakinkan pemilih," kata Arya saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta.
Arya memprediksi, pertarungan adu gagasan antara Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi akan berlangsung ketat. Apalagi, tema yang diangkat dalam debat kelima ini menjadi fokus kedua paslon dalam setiap kampanye.
"Saya kira Pak Prabowo mungkin nanti akan menyerang. Apalagi ini isu yang menjadi konsen mereka ya. Lapangan kerja dan seterusnya. Saya kira Jokowi akan tampil bertahan. Itu saya kira," ungkap Arya.
Menurut Arya, Prabowo akan menggunakan isu soal utang di pemerintahan Jokowi hingga lapangan pekerjaan. Sementara Jokowi akan lebih banyak bertahan dengan argumen dan keberhasilan pemerintahan yang dipimpinnya.
Arya mengatakan, debat kelima ini akan mempengaruhi keputusan swing voters dan undecided voters. Ia berharap, gagasan yang disampaikan kedua paslon bisa membuat undecided voters menentukan pilihannya pada Pemilu Serentak 2019.
"Saya percaya orang-orang yang undecided voters dan swing voters akan menyaksikan debat sebagai tolak ukur. Bagaimana program yang diangkat skala nasional dan lainnya," ucap Arya.