Liputan6.com, Tunisi - Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi (92) meninggal pada Kamis 25 Juli 2019. Posisinya yang kini kosong telah digantikan oleh presiden sementara, hingga negara itu memulai proses untuk memilih penggantinya pada pemilu mendatang.
Ketua Parlemen Mohamed Ennaceur dilantik sebagai presiden interim sesuai dengan konstitusi, untuk memperlancar transisi kekuasaan menjelang pemilihan presiden pada bulan September 2019, demikian seperti dikutip dari Khaleej Times, Jumat (26/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Essebsi merupakan presiden yang membantu memandu transisi negara Afrika Utara menuju demokrasi setelah revolusi 2011.
Seorang tokoh terkemuka, Essebsi dirawat di rumah sakit akhir bulan lalu selama seminggu setelah menderita apa yang oleh pihak berwenang disebut sebagai "kondisi kesehatan parah."
Meninggalnya Essebsi diumumkan dalam pernyataan dari kantor kepresidenan, yang mengatakan bahwa presiden telah meninggal di rumah sakit militer di Tunis pada Kamis 25 Juli pagi.
Pemakaman kenegaraan Essebsi akan diadakan pada Sabtu 27 Juli. Tujuh hari berkabung nasional digelar di Tunisia.
Komisi pemilihan negara itu kemudian mengumumkan bahwa pemilihan presiden akan diadakan pada 15 September 2019, dua bulan lebih awal dari yang dijadwalkan sebelumnya.
Pemungutan suara parlemen ditetapkan untuk 6 Oktober 2019.
Kantor kepresidenan mendesak rakyat Tunisia untuk bersatu demi kebaikan bangsa selama masa-masa kekosongan kekuasaan dan transisi ini.
Tunisia, tempat kelahiran pemberontakan Arab Spring melawan kediktatoran di wilayah itu, telah sesekali dilanda kerusuhan atas pengangguran yang tinggi dan oleh beberapa serangan militan Islam yang mematikan.
Simak video pilihan berikut:
Sekilas Mendiang Presiden Essebsi
Essebsi menjadi terkenal setelah penggulingan otokrat veteran Zine El-Abidine Ben Ali, yang diikuti oleh pemberontakan Musim Semi Arab terhadap para pemimpin otoriter di Timur Tengah, termasuk di Libya dan Mesir terdekat.
Menjadi perdana menteri setelah kejatuhan Ben Ali, Essebsi pada 2012 mendirikan partai sekuler Nidaa Tounes, yang sekarang merupakan bagian dari koalisi yang memerintah, untuk mengimbangi kebangkitan kelompok Islam yang ditekan di bawah Ben Ali. Dua tahun kemudian, Essebsi menjadi kepala negara Tunisia pertama yang dipilih secara demokratis.
Pemilihan yang akan datang akan menjadi rangkaian pemungutan suara ketiga di mana rakyat Tunisia dapat memilih secara bebas sejak pemberontakan 2011.
Advertisement