Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyalahkan "pemuja kekerasan" --yang merujuk pada video game, internet dan penyakit mental-- sebagai penyebab penembakan maasal di El Paso dan Dayton yang menewaskan 31 orang dan melukai 53 lainnya, dalam waktu kurang dari 24 jam selama akhir pekan.
Dalam pidato pertamanya pasca-penembakan ganda tersebut, Trump juga mengutuk supremasi kulit putih, menyusul laporan pihak berwenang bahwa mereka sedang menyelidiki manifesto anti-Hispanik dan anti-imigran, yang diduga terkait dengan tersangka di El Paso.
"Penembak di El Paso memposting manifesto online yang berisi kebencian rasis," kata Donald Trump, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Selasa (6/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Dengan satu suara, bangsa kita harus mengutuk rasisme, kefanatikan, dan supremasi kulit putih. Ideologi jahat ini harus dikalahkan. Benci tidak punya tempat di Amerika," lanjutnya berorasi.
Satu hal yang absen dari pidato tersebut adalah penyebutan pembatasan senjata api.
Meskipun faktanya, hanya beberapa jam sebelum pidato tersebut, Donald Trump telah mendesak Kongres dalam sebuah twit untuk mensyaratkan semacam pemeriksaan latar belakang kepemilikan senjata di AS.
Kongres AS telah terbukti tidak dapat meloloskan undang-undang kekerasan senjata substansial, meskipun sering terjadi penembakan massal.
Hal itu sebagian besar karena perlawanan dari Partai Republik yang mengusung Trump, terutama di Senat.
Dinamika politik itu tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan, ujar para pengamat.
Korban Tewas di El Paso Bertambah Jadi 22 Orang
Tidak lama setelah Trump berbicara, pihak berwenang mengatakan seorang korban luka telah meninggal setelah penembakan massal di cabang supermarket Walmart di El Paso pada Sabtu 3 Agustus.
Kabar itu menandakan peningkatan jumlah korban tewas dalam penembakan di El Paso menjadi 22 orang.
Berbicara dari Gedung Putih, Donald Trump menyerukan "solusi bipartisan nyata", tetapi dengan jelas berusaha menjauhkan dialog dari senjata api.
"Penyakit mental dan kebencian adalah pemicunya, bukan senjatanya," kata Trump.
Dia mengatakan pihak berwenang harus "memastikan orang-orang itu (pelaku penembakan), tidak hanya mendapatkan perawatan, tetapi jika perlu, kurungan paksa", namun tidak merinci maksud pastinya.
Trump juga mengatakan dia sedang mengarahkan kementerian kehakiman AS untuk menyusun proposal, yang akan dengan cepat memberikan hukuman mati kepada mereka yang melakukan kejahatan kebencian dan pembunuhan massal.
Advertisement
Salahkan Video Game
Lebih lanjut, Trump menghidupkan kembali teori yang terbantahkan secara luas, bahwa video game adalah faktor pemicu aksi penembakan massal.
"Terlalu mudah hari ini bagi remaja bermasalah untuk mengelilingi diri mereka dengan budaya yang merayakan kekerasan," katanya. "Kita harus menghentikan atau mengurangi ini secara substansial, dan itu harus segera dimulai."
Komentar Trump muncul beberapa jam setelah ia menyarankan anggota parlemen di Washington, menghubungkan latar belakang memeriksa undang-undang untuk "reformasi imigrasi yang sangat dibutuhkan".
Usulan itu menuai kritik karena turut menerapkan kebijakan imigrasi, setelah salah satu penembakan menargetkan komunitas yang didominasi masyarakat Latin di El Paso.
"Partai Republik dan Demokrat harus bersatu dan mendapatkan pemeriksaan latar belakang yang kuat, mungkin mengawinkan legislasi ini dengan reformasi imigrasi yang sangat dibutuhkan," twit Trump.
Trump juga membidik media di twitnya, mengklaim "berita palsu" telah berperan dalam berkembangnya kondisi saat ini.
"Media memiliki tanggung jawab besar terhadap kehidupan dan keselamatan di Negara kita," tulis Trump. "Berita Palsu telah berkontribusi besar pada kemarahan yang telah meningkat selama bertahun-tahun."
"Liputan berita harus mulai bersikap adil, seimbang, dan tidak memihak, atau masalah yang mengerikan ini hanya akan bertambah buruk," pungkas Trump.
Simak video pilihan berikut: