Liputan6.com, Jakarta - Pada awal Mei 2019, Indonesia mulai memimpin sidang informal Dewan Keamanan (DK) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diselenggarakan di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Selama sebulan penuh, pertemuan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi tersebut mengangkat tema utama, yakni "UN Peacekeeping." Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres pun turut hadir di sana.
Baca Juga
Adapun tema spesifik yang dipilih selama masa presidensi Indonesia adalah "Berinvestasi dalam Perdamaian: Meningkatkan Keamanan dan Kinerja Pemeliharaan Perdamaian PBB" (Investing in Peace: Improving Safety and Performance of UN Peacekeeping).
Advertisement
Pemilihan tema utama tersebut didasarkan pada sejumlah parameter, yaitu rekam jejak dan kapasitas RI dalam keterlibatan perdamaian dunia, animo dan dukungan global (baik di dalam negeri, maupun anggota PBB lainnya), serta tantangan terkini terkait DK PBB.
Dalam kesempatan lain, Direktur Jenderal (Dirjen) Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu), Febrian Alphyanto Ruddyard, menggambarkan kolaborasi di DK PBB (antara negara-negara anggota tidak tetap dan anggota tetap DK PBB) seperti film "Pasific Rim".
"Melalui kolaborasi, koordinasi dan konsultasi dengan negara tidak tetap lainnya, dan antara negara tidak tetap dan negara anggota tetap DK PBB, saya ingin meminjam konsep film Pasific Rim untuk menggambarkan kolaborasi ini," tuturnya ketika memberikan sambutan dalam peluncuran buku 'Presidensi Indonesia pada DK PBB Mei 2019' di Kemenlu, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Menurutnya, para Jaeger (robot-robot penjaga Bumi dari seorangan monster ganas bernama Kaiju), tak jauh beda dengan anggota DK PBB dan anggota tetapnya.
"Jaeger merupakan robot pahlawan yang perlu digerakkan oleh sedikitnya dua orang pilot, tetapi mereka harus memastikan tindakan yang akan dilakukan agar bisa menyelamatkan satu sama lain," ujar Febrian lagi.
Ia melanjutkan: "Ini yang kita lakukan di DK PBB, tetapi melibatkan 15 pilot yang bisa kita satukan, selaras tindakan dan pikirannya satu sama lain."
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bahas Palestina hingga Diplomasi Budaya
Selama masa presidensi, Indonesia juga menyelenggarakan diskusi informal DK PBB dalam format Arria Formula mengenai Palestina, pada 9 Mei 2019.
Dalam kegitan itu, Indonesia mengusulkan isu tentang illegal settlement di wilayah Palestina yang diduduki, khususnya terkait aspek hukum dan kemanusiaan, dengan penekanan pada "Resolusi DK PBB Nomor 2334 tahun 2016 tentang Pemukiman Israel di Teritori Palestina yang Diduduki sejak 1967, termasuk Yerusalem Timur".
"Berbagai pertemuan dan inisiatif telah diusung sepanjang presidensi Indonesia, antara lain tiga pertemuan utama: menganai perdamaian dunia, perlindungan warga sipil dalam konflik bersenjata dan isu Plaestina," ungkap Febrian.
Indonesia juga sukses menyelenggarakan pameran foto di Markas Besar PBB, yang merupakan side event presidensi, yang berlangsung selama dua pekan dari 6 hingga 17 Mei 2019. Kegiatan ini dibuka oleh Menlu Retno, dengan mengusung tema "Investing in Peace".
Secara keseluruhan, menurut Febrian, Indonesia telah menyelenggarakan 46 kegiatan yang menghasilkan 11 outcome document (dokumen hasil), termasuk ekshibisi tersebut.
Selain itu, salah satu pencapaian lainnya adalah presidential statement mengenai upaya penguatan pelatihan dan kapasitas pasukan penjaga perdamaian di wilayah konflik.
Advertisement
Nuansa Batik
Presidensi Indonesia juga digunakan untuk promosikan kekayaan budaya Nusantara, melalui diplomasi batik dan kuliner (gastro diplomacy).
Seluruh Duta Besar negara DK PBB mendukung diplomasi batik Indonesia, dan dengan kompak memakai batik dalam berbagai pertemuan informal DK PBB, termasuk pada resepsi akhir Presidensi Indonesia pada 30 Mei 2019, di Markas Besar PBB di New York.
Resepsi akhir presidensi diwarnai kombinasi pagelaran budaya tradisional dan modern dengan penampilan tari Saman dari Sanggar Saman Kecapi Leuser Gayo dan grup musik mahasiswa Indonesia dari Berklee School of Music di Boston. Lagu populer Indonesia mengiringi tari Poco-Poco serta line dance.
Di satu sisi, Febrian menyebut tantangan yang dihadapi oleh negara anggota tidak tetap DK PBB adalah beragam dan sistematis.
"Namun, hal tersebut tidak seharusnya menghalangi negara-negara terpilih tidak tetap untuk membangun visi bersama, demi memastikan bahwa DK PBB dapat bekerja dalam kondisi terbaik, menjaga perdamaian dan keamanan internasional," pungkasnya.