Ini Alasan Kenapa Bayi Baru Lahir Tak Punya Air Mata dan Keringat

Beberapa dokter telah mengungkapkan alasan mengapa bayi yang baru lahir tidak memiliki air mata saat menangis dan keringat.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Sep 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2019, 09:00 WIB
bayi
ilustrasi/copyright unsplash.com/Brytny.com

Liputan6.com, Jakarta - Saat memasuki dunia, bayi yang baru lahir mengeluarkan tangisan keras --sebagai tanda kesehatan dan semangatnya. Tetapi, jika diperhatikan lebih dekat, kalian akan melihat bahwa tangisan bayi yang baru lahir sedikit berbeda dengan tangisan bayi yang lebih tua, yakni tidak ada air mata.

Air mata tentu saja diperlukan untuk melindungi mata dan menjaganya agar lembab. Ketika dihadapkan dengan emosi ekstrem seperti kesedihan, kemarahan atau bahkan kebahagiaan, manusia akan menangis, menurut Sage Timberline, dokter anak di Univeristy of California.

Sedangkan stres memicu respons fight-or-flight, yang menghasilkan air mata untuk lebih melindungi mata. Air mata emosional ini juga dapat membantu melepaskan hormon pemicu stres yang mungkin menumpuk selama masa-masa sulit, katanya kepada Live Science.

Sementara itu, bayi dilahirkan dengan saluran air mata, yang belum sepenuhnya berkembang. Mereka menghasilkan cukup air mata untuk melapisi dan membuatnya tetap lembab.

Namun, air mata itu tidak cukup untuk membuat tetesan di pipi bayi. Setelah tiga atau empat minggu, saluran air mata bayi biasanya cukup matang untuk membentuk tetesan air mata yang terkait dengan emosi yang kuat, kata Timberline.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Keringat yang Diproses Sejak Kandungan

Ilustrasi
Ilustrasi Bayi (iStockphoto)

Mata bayi yang baru lahir cenderung kering, demikian pula kulitnya. Tidak peduli seberapa panasnya udara, bayi yang baru lahir tidak akan berkeringat selama beberapa minggu pertama kelahirannya.

Manusia memiliki dua jenis kelenjar keringat, yang disebut kelenjar ekrin dan apokrin, dimana keduanya terbentuk pada bayi baru lahir walaupun mereka belum memproduksi keringat.

Kelenjar apokrin mengeluarkan keringat melalui folikel rambut tetapi tidak diaktifkan sampai perubahan hormon terjadi selama masa pubertas. Walaupun keringat apokrin tidak berbau pada awalnya, itu bisa menjadi bau. Keringat diisi dengan air dan elektrolit serta steroid, lipid dan protein --yang dapat diproses bakteri untuk menghasilkan bau.

Kelenjar ekrin mulai terbentuk selama bulan keempat kehamilan, pertama kali muncul di telapak tangan janin dan di telapak kakinya. Pada bulan kelima, Kelenjar ekrin menutupi hampir seluruh tubuh.

Setelah bayi lahir, kelenjar ekrin yang paling aktif berada di dahi, kata Timberline. Setelah itu, seorang bayi mulai berkeringat di tubuh dan anggota tubuhnya.


Tidak Usah Khawatir

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Karena bayi baru lahir tidak dapat sepenuhnya berkeringat, mereka bergantung pada sesuatu untuk membuatnya tetap dingin. Jika bayi terlalu hangat, cukup lepaskan lapisan pakaian atau gunakan kipas angin untuk menjaga sirkulasi udara.

Tetapi begitu kelenjar-kelenjar itu mulai mengeluarkan keringat, beberapa orang tua khawatir bahwa bayi mereka terlalu banyak berkeringat terutama saat makan atau tidur, kata Katie Ellgass, seorang dokter anak di Stanford Children's Health Altos, California.

"Kedua tindakan itu adalah pekerjaan yang sulit," katanya kepada Live Science.

Untungnya, bayi yang berkeringat biasanya tidak menjadi suatu masalah, kata Ellgass. Jadi selama berat badan bayi bertambah, keringat bayi tidak perlu dikhawatirkan.

 

Reporter: Aqilah Ananda Purwanti

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya