Liputan6.com, Jakarta - EducationUSA Indonesia dan Kedutaan Besar Amerika Serikat menggelar pameran pendidikan bertajuk "U.S. Graduate Fairs 2019" di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Malang, dan Jakarta.
Pameran pendidikan ini merupakan bagian dari serangkaian tur EducationUSA ke negara-negara se-Asia Tenggara.
Selain memperkenalkan universitas-universitas top di Negeri Paman Sam, acara tahunan tersebut pun merupakan waktu yang pas untuk mengulik informasi tentang dunia perkuliahan di AS bagi mahasiswa S1 yang berniat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Advertisement
Menurut Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph R. Donovan Jr., prioritas tertingginya sebagai dubes adalah memperkuat kemitraan antara AS dan Indonesia terutama sebagai bentuk peringatan 70 tahun hubungan dua negara ini.
"Salah satu cara paling produktif adalah melalui perukaran pendidikan internasional, karena pendidikan dapat mentransformasi kehidupan, menyiapkan kita memasuki Abad ke-21," tuturnya saat memberikan pidato pembukaaan "U.S. Graduate Fairs 2019" di Hotel Sheraton, Jakarta, Sabtu (21/9/2019).
Ia menambahkan, pameran pendidikan AS ini adalah program rutin yang pihaknya lakukan untuk mendorong lebih banyak lagi pelajar-pelajar dan mahasiswa Indonesia yang mengenyam bangku sekolah di Amerika Serikat.
"Saya melihat program ini adalah bagian dari pengembangan sumber daya manusia di Indoensia yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia bekerja sama dengan AS. Ini merupakan bagian yang integral dari hubungan Indonesia dan AS," ujarnya.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Akademik Ristekdikti, Paulina Pannen, menyampaikan pembangunan sumber daya manusia (SDM) dalam 5 tahun ke depan merupakan fokus utama pemerintah Indonesia.
"Siapa pun yang akan bersekolah dalam lima tahun mendatang adalah mereka yang akan menjadi pemimpin Indonesia pada 2045, ketika Indonesia 100 tahun merdeka," ucapnya saat memberi sambutan.
Dia juga mengaharapkan pemerintah AS bisa terus berkolaborasi untuk mempersiapkan pemimpin masa depan dari Indonesia dalam 30 atau 40 tahun lagi, sebab ada satu karakterisitik pemimpin masa depan Indonesia yang perlu diperhatikan atau membedakan dengan generasi masa lalu, menurut lulusan Syracuse University, New York itu.
"Mereka akan menjadi game changer, karena sekarang perubahan amat luar biasa dengan adanya revolusi 4.0," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Buka Kampus AS di Indonesia
Kepala Divisi Rekrutmen dan Penyeleksian LPDP, Rumtini, mengatakan AS merupakan salah satu negara yang memiliki universitas-universitas yang berkualitas dan terpercaya. Dari tahun ke tahun, semakin banyak mahasiswa Indonesia yang pergi ke AS untuk belajar atau melanjutkan studi mereka.
LPDP setiap tahun menyediakan 6.000 kuota bagi mereka yang ingin melanjutkan S2 dan telah memenuhi syarat, 3.000 di antaranya untuk kuliah di luar negeri. Mereka bebas memilih negara mana pun yang mereka inginkan.
"Ketertarikan untuk belajar di AS kian naik. Apalagi di dalam daftar LPDP, peminat paling banyak adalah yang ke AS. Nah, yang paling spesifik adalah LPDP menyediakan beasiswa Indonesia Timur, khusus untuk mereka yang berasal dari lima provinsi seperti NTT, Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara, untuk belajar ke AS, Jepang dan Australia," Rumtini menjelaskan.
"Sejauh ini, sekitar 125 penerima, 85 persennya ke AS. Hanya 15 persen memilih ke Jepang dan Australia. Saya kira ini menjadi indikasi betapa tertariknya anak-anak kita belajar di AS," lanjut Rumtini.
Dengan banyaknya jumlah mahasiswa yang ingin belajar ke AS dan menggandrungi kampus-kampus di sana, Paulina berharap pemerintah AS bisa membuka universitas-universitas cabang di Indonesia, karena kata Paulina, sekarang regulasi tentang perguruan tinggi asing sudah ada.
"Jadi tidak hanya orang Indonesia saja yang ke Amerika, tetapi juga mahasiswa Amerika ke Indonesia," tandasnya.
"Jadi dimulai dengan kolaborasi dulu agar ada pertukaran. Bukan cuma mahasiswa kita yang ke AS, tetapi mahasiswa mereka juga ke sini, termasuk dosen. Sehingga, teman-teman dari AS makin terbiasa dengan suasana pendidikan tinggi di Indonesia."
"Kami dari kementerian tidak menjatahkan jumlahnya, tapi tergantung kepada perguruan tinggi tersebut untuk mulai menginisiasi. Tentunya dimulai dari kolaborasi, sebab kalau tiba-tiba langsung masuk saja, pasti susah."
Kolaborasi itu, kata Paulina, bisa berupa riset kolaborasi, publikasi kolaborasi, dan sebagainya.
Advertisement
Tingkatkan Anggaran untuk Beasiswa
Menandai 70 tahun hubungan diplomatik AS-Indonesia, Dubes Donovan mengatakan pemerintah AS telah meningkatkan pendanaan untuk program beasiswa American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF). Diharapkan inisiasi ini bisa menyediakan lebih banyak lagi beasiswa bagi pelajar Indonesia.
"Saya ingin lebih banyak lagi pelajar Indonesia yang bisa kuliah di AS. Banyak dari mereka yang datang ke saya sambil mengatakan, 'Wah kayaknya saya kurang bisa bersaing', lalu saya beritahu mereka, 'Jangan mengecilkan diri sendiri. Mungkin Anda lebih kompetitif dari yang Anda kira'," ujarnya.