Pemimpin Hong Kong Akan Gelar Pertemuan Perdana dengan Ratusan Demonstran

Untuk pertama kalinya, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam akan menggelar dialog dengan para demonstran.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 26 Sep 2019, 16:04 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2019, 16:04 WIB
Siaran televisi dari Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, saat mengumumkan pencabutan RUU Ekstradisi. (AP)
Siaran televisi dari Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, saat mengumumkan pencabutan RUU Ekstradisi. (AP)

Liputan6.com, Jakarta Unjuk rasa gerakan pro-demokrasi masih berlangsung di Hong Kong. Selama protes yang berlangsung hampir empat bulan, untuk pertama kalinya Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam akan menggelar dialog dengan para demonstran pada Kamis (26/9/2019).

Menurut Pemerintah Hong Kong, pada dialog tersebut direncanakan hadir sebanyak 150 anggota perwakilan masyarakat yang masing-masing diberikan waktu sekitar tiga menit untuk menyampaikan pandangannya.

Seperti dilansir Channel News Asia, pengamanan ketat akan disiagakan di sekitar lokasi pertemuan di Distrik Wan Chai, dengan rencana pemulangan lebih awal dari sekolah dan kegiatan bisnis.

"Ada luka mendalam yang terbuka di masyarakat Hong Kong, dan akan butuh banyak waktu untuk menyembuhkannya," kata Lam dalam surat kabar, New York Times.

Dia menambahkan, pemerintah masih berharap bahwa dialog akan berhasil menangani konflik yang ada sehingga perdamaian dan kepercayaan masyarakat akan kembali.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Diragukan

Ribuan PNS Hong Kong Ikut Demo Tolak RUU Ekstradisi
Seorang pria berteriak menggunakan pengeras suara saat ribuan pegawai negeri sipil (PNS) mengikuti unjuk rasa menolak RUU Ekstradisi di Hong Kong, Jumat (2/8/2019). Aksi para pegawai negeri sejatinya telah ditentang oleh pemerintah Hong Kong. (LAUREL CHOR/AFP)

Namun, seorang warga Hong Kong, Poon Yau-lok, justru meragukan keberhasilan dialog itu.

"Mereka (pemerintah) tidak mau mendengarkan ketika ada dua ratus ribu orang berdemonstrasi di jalan. Sekarang, bagaimana mereka mau mendengarkan suara 150 orang saja?" ujar Yau-lok.

Gelombang unjuk rasa masyarakat Hong Kong mulai terjadi akibat rencana pemerintah mengesahkan RUU Ekstradisi yang memungkinkan tersangka kriminal diadili di China daratan.

Selain menuntut pemerintah membatalkan RUU itu (saat ini sudah dibatalkan), pengunjuk rasa kemudian menuntut juga hal-hal lain, yang paling utama adalah demokrasi yang lebih baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya