Liputan6.com, Jakarta - Topan Hagibis menghantam Jepang pada 12 Oktober. Hingga Selasa, 15 Oktober, angin ribut itu dilaporkan telah menewaskan 67 orang.
Topan itu dianggap sebagai yang terkuat sejak 1958, menyebabkan hujan lebat di negara bagian, sungai-sungai meluap, dan pinggiran kota tenggelam banjir.
Selain kuatnya angin ribut dan jumlah korban jiwa, warganet dibuat terperanjat dengan air banjir yang bersih dan bebas sampah di Jepang. Bahkan setelah bencana alam yang menghancurkan itu terjadi.
Advertisement
Foto yang di-posting di Facebook menunjukkan air yang agak jernih membanjiri area perumahan di Jepang.
Air banjir itu tanpa lumpur, sampah, dan puing-puing. Begitu jernihnya, sampai jalan di bawahnya hampir terlihat di beberapa bagian.
Banyak pengguna media sosial memuji Jepang dan orang-orangnya, yang terkenal karena mempertahankan tingkat kebersihan dan sanitasi yang ketat.
Namun, ada beberapa skeptis yang berpendapat bahwa tidak semua bagian Jepang memiliki air banjir yang bersih.
Ini mungkin benar mungkin di daerah pedesaan, seperti di Desa Hagiwara di Akiruno, di sebelah barat Tokyo, Jepang. Dan posting di Twitter memang menunjukkan beberapa daerah yang dibanjiri perairan yang lebih kotor.
Meskipun demikian, tampaknya air banjir masih relatif bersih dengan hanya sedikit sampah atau puing yang terlihat.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
67 Korban Jiwa
Hujan yang mengguyur Jepang pada Selasa, 15 Oktober 2019 diduga akan menghambat upaya puluhan ribu penyelamat Jepang mencari korban selamat pasca-terjangan Topan Hagibis. Angin ribut yang kuat itu telah menewaskan 67 orang.
Topan Hagibis melanda Jepang pada Sabtu 12 Oktober malam, melepaskan angin kencang dan hujan lebat di 36 prefektur negara, yang kemudian memicu tanah longsor dan bencana banjir.
Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (15/10/2019), korban tewas akibat bencana tersebut terus meningkat, dan menurut laporan NHK pada hari ini, puluhan orang masih dinyatakan hilang.
"Bahkan sekarang, banyak orang masih belum ditemukan di daerah bencana," ujar Perdana Menteri Shinzo Abe pada pertemuan darurat bencana pada hari Senin.
"Petugas penyelamatan mencoba yang terbaik untuk mencari dan menyelamatkan mereka, bekerja siang dan malam," kata Abe.
Kemudian pada hari itu, ia berjanji untuk "melakukan apa pun yang bisa dilakukan negara" bagi para korban dan orang yang selamat, memerintahkan kementerian pertahanan untuk memanggil 1.000 pasukan cadangan untuk bergabung dengan 31.000 pasukan aktif dalam operasi pencarian.
Tetapi pekerjaan penyelamatan yang berlanjut hingga malam pada hari Senin berisiko digagalkan oleh hujan yang mengguyur Jepang.
"Saya meminta orang untuk tetap waspada sepenuhnya dan terus mengawasi tanah longsor dan banjir sungai," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga dalam konferensi pers.
Di Nagano, salah satu daerah yang paling terdampak dari Topan Hagibis, para pejabat mengatakan mereka bekerja dengan hati-hati.
"Kami khawatir tentang dampak hujan terbaru pada upaya penyelamatan dan pemulihan," kata pejabat setempat Hiroki Yamaguchi kepada AFP.
"Kami akan melanjutkan operasi sambil mengawasi bencana susulan akibat hujan saat ini."
Advertisement