Liputan6.com, Jakarta - Presiden Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill mengeluarkan deklarasi, yang ditandatangani perwakilan dari 26 negara, yang disebut "Perserikatan Bangsa-Bangsa".
Para penandatangan deklarasi itu bersumpah untuk membuat organisasi penjaga perdamaian internasional pascaperang.
Advertisement
Pada 22 Desember 1941, Churchill tiba di Washington, D.C., untuk menghadiri Konferensi Arcadia, sebuah diskusi dengan Presiden Roosevelt tentang strategi perang Inggris-Amerika yang terpadu dan perdamaian masa depan. Demikian dikutip dari history.com, Selasa (31/12/2019).
Serangan ke Pearl Harbor berarti bahwa AS terlibat dalam perang, dan penting bagi Inggris dan Amerika untuk membuat dan memproyeksikan front persatuan melawan kekuatan-kekuatan Axis.
Untuk itu, Churchill dan Roosevelt menciptakan gabungan staf umum untuk mengoordinasikan strategi militer melawan Jerman dan Jepang dan untuk menyusun rencana untuk invasi bersama di masa depan Benua.
Di antara pencapaian-pencapaian paling luas dari Konferensi Arcadia adalah perjanjian PBB.
Dipimpin oleh Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Uni Soviet, para penandatangan sepakat untuk menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk mengalahkan kekuatan Axis.
Disetujui bahwa tidak ada satu negara pun yang akan menuntut perdamaian terpisah dengan Jerman, Italia, atau Jepang - mereka akan bertindak bersama.
Mungkin yang paling penting, para penandatangan berjanji untuk mengejar penciptaan organisasi penjaga perdamaian internasional masa depan yang didedikasikan untuk memastikan "kehidupan, kebebasan, kemerdekaan, kebebasan beragama, dan untuk melestarikan hak-hak manusia dan keadilan."