Liputan6.com, Jakarta - Presiden China Xi Jinping menyampai pidato tahun barunya dengan menyerukan agar Hong Kong kembali ke situasi stabil setelah berbulan-bulan dilanda protes pro-demokrasi. Situasi yang damai dan harmonis, menurutnya penting bagi kemakmuran pusat finansial Asia itu.
"Kemakmuran dan stabilitas Hong Kong adalah keinginan para sejawat dari Hong Kong dan harapan rakyat di tanah air," kata Xi dalam pidatonya yang ditayangkan televisi pada Selasa 31 Desember 2019.
Baca Juga
Aksi protes pecah di Hong Kong Juni terkait proposal undang-undang yang memungkinkan tersangka pelanggar hukum di Hong Kong diekstradisi ke China daratan untuk diadili.
Advertisement
Meski legislasi itu akhirnya dibatalkan, protes berlanjut dengan tuntutan-tuntutan reformasi demokrasi dan penyelidikan atas tuduhan pelanggaran yang dilakukan polisi terhadap para demonstran, seperti dilanisr VOA Indonesia, Rabu (1/1/2020).
Protes yang kerap ditangani secara keras itu menjerumuskan Hong Kong ke dalam resesi dan merusak reputasi kota itu sebagai salah satu wilayah teraman di dunia.
Bekas koloni Inggris ini dialihkan ke pemerintahan China pada 1997 dengan janji bahwa kota itu diperkenankan mempertahankan sistem hukum, kebebasan sipil dan ekonomi kapitalisnya. Namun, pada kenyataannya, seiring perjalanan waktu, China justru memperketat cengkeramannya terhadap Hong Kong.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Demo Tahun Baru
Warga Hong Kong menyambut tahun baru dengan melakukan demonstrasi besar-besaran di berbagai wilayah. Para demonstran bertujuan mengganggu semarak dan aktivitas belanja. Aktivitas unjuk rasa juga tercatat menanjak sejak Natal 2019.
Acara yang disebut "Suck the Eve" dan "Shop with you" dimulai pada malam tahun baru, 31 Desember. Lokasi yang menjadi target adalah distrik Lan Kwai Fong, Victoria Harbour, dan berbagai pusat perbelanjaan populer.
Pada 1 Januari, unjuk rasa lain akan dimulai dari taman di Causeway Bay menuju distrik Central. Civil Human Rights Front (CHRF) selaku penggerak acara berkata polisi sudah memberi izin untuk aksi mereka.
CHRF awalnya merancang aksi damai pada Juni lalu untuk menolak RUU Ekstradisi. Protes warga Hong Kong ternyata terus berlanjut meski RUU Ekstradisi sudah dibatalkan. Awal Desember lalu, CHRF mengklaim 800 ribu orang hadir pada peringatan setengah tahun demo mereka.
Advertisement