Demi Hindari Pengadilan Korupsi, Benjamin Netanyahu Tuntut Kekebalan Hukum

PM Israel Benjamin Netanyahu yang didakwa dengan tuduhan korupsi, meminta parlemen memberi kekebalan hukum bagi dirinya. Langkah ini dinilai bisa menunda proses pidana terhadapnya.

diperbarui 03 Jan 2020, 16:51 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2020, 16:51 WIB
Ikuti Langkah AS, Guatemala Resmikan Kedubes di Yerusalem
PM Israel Benjamin Netanyahu memberi sambutan saat peresmian Kedubes Guatemala di Yerusalem, Rabu (16/5). Netanyahu menyebut peresmian tersebut adalah tepat karena Guatemala menjadi negara kedua yang mengakui Israel pada 1948. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Jakarta - Demi menghindari proses pengadilan atas dakwaan korupsi dalam tiga kasus, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta parlemen Israel (Knesset) memberinya kekebalan hukum pada Rabu 1 Januari 2020.

Benjamin Netanyahu sudah mengirim surat permohonan resmi kepada pimpinan Knesset.

Menurut laporan DW Indonesia yang dikutip Jumat (3/1/2020), langkah ini bisa membuat proses pidana korupsi terhadap Netanyahu tertunda selama berbulan-bulan. Pasalnya persidangan pengadilan tidak dapat digelar, jika ada surat permohonan resmi untuk kekebalan hukum.

Dengan cara itu, Benjamin Netanyahu menghendaki tidak ada proses persidangan atas dirinya, sebelum digelarnya pemilu Israel awal Maret. Karena parlemen baru akan membahas dan memutuskan soal permohonan kekebalan hukum itu setelah pemilu.

Benjamin Netanyahu, yang sedang mencalonkan diri lagi untuk pemilu mendatang, bulan November lalu didakwa atas tuduhan penipuan, pelanggaran mandat dan penyuapan. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Israel bahwa seorang perdana menteri yang sedang menjabat didakwa ke pengadilan.

Hari Menyedihkan Bagi Israel

Bawa Potongan Pesawat, PM Israel Peringatkan Iran
PM Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan peta Timur Tengah saat diskusi panel di Konferensi Keamanan Munich (18/2). (AFP/ MSC Munich Security Conference / Lennart Preiss)

Benjamin Netanyahu dalam sebuah  pernyataan mengatakan, dia berhak atas perlindungan parlemen, dan sekaligus mengklaim bahwa tuntutan pidana terhadapnya berlatar belakang politik. PM Israel ini berulangkali membantah telah melakukan kesalahan selama masa jabatannya, dan menyatakan dia menjadi korban dari konspirasi untuk menggulingkannya.

"Saya ingin memimpin Israel selama bertahun-tahun untuk mencapai kesuksesan bersejarah," tegas Netanyahu.

Rival politik utamanya Benny Gantz dari partai Biru-Putih menyebut pengumuman Netanyahu meminta kekebalan hukum kepada parlemen sebagai "hari yang menyedihkan bagi Israel."

Gantz menuduh Netanyaju telah bertindak atas kepentingan pribadi dan bukan atas pertimbangan demi masa depan Israel.

"Netanyahu tahu bahwa dia bersalah," kata Benny Gantz.

Kebuntuan Politik Parah

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hadir dalam parade militer yang memeringati 73 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Langkah terbaru Netanyahu terjadi di tengah kebuntuan politik yang sangat parah di Israel. Negara itu akan melangsungkan pemilihan umum yang ketiga hanya dalam waktu hanya 12 bulan. Selama ini, tidak ada pihak yang mencapai mayoritas absolut atau mampu membentuk pemerintahan koalisi.

Partai Likud dan Netanyahu memang memenangkan dua pemilu sebelumnya, yang digelar pada bulan April dan September 2019, namun gagal meraih mayoritas maupun membentuk pemerintahan. Saat ini, pemerintahan dijalankan oleh pemerintahan sementara yang dipimpin Netanyahu.

Untuk mendapatkan kekebalan hukum, Benjamin Netanyahu perlu dukungan 61 suara dari 120 anggota parlemen di Knesset.

Permohonan kekebalan hukum Netanyahu tampaknya akan menjadi tema besar dalam pemilu bulan Maret. Sebuah jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel menentang pemberian kekebalan hukum kepada Netanyahu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya