Penikam di Taman Paris Ditembak Mati, Pelaku Diduga Alami Gangguan Mental

Pria berpisau yang mengamuk di sebuah taman Paris dan menikam sejumlah orang sudah ditangkap dan dilumpuhkan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 04 Jan 2020, 13:58 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2020, 13:58 WIB
Tembak Senjata Api
Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Liputan6.com, Villejuif - Seorang pria berpisau yang mengamuk di sebuah taman Paris pada Jumat 3 Januari 2020 waktu setempat telah dilumpuhkan. Setelah diburu karena sempat kabur, polisi Prancis kemudian menembak mati pelaku yang menewaskan satu orang dan melukai dua lainnya.

Serangan itu terjadi di kota Villejuif, sekitar 8 km selatan pusat kota Paris. Polisi menutup daerah itu dan ambulans serta kendaraan polisi berbaris di jalan mendekati taman.

Dua korban yang terluka dirawat di rumah sakit terdekat.

Laure Beccuau, jaksa yang kantornya menangani kasus ini, mengatakan kepada wartawan. "Tersangka berusaha menyerang korban lain dalam upaya pembunuhannya, lalu melarikan diri," katanya.

Sebuah Al-Qur'an ditemukan di tas penyerang. Seorang juru bicara jaksa penuntut mengatakan penyerang sedang dalam pengobatan terkait masalah kesehatan mental dan tengah berobat jalan ke rumah sakit dalam beberapa bulan terakhir.

"Tidak ada bukti pada tahap ini yang menunjukkan bahwa dia diradikalisasi," kata juru bicara itu seperti dikutip dari Irish Times, Sabtu (4/1/2020).

Wakil Menteri Dalam Negeri Prancis Laurent Nunez mengunjungi tempat kejadian dan mengatakan penyerang kemungkinan akan melukai lebih banyak orang jika polisi tidak menembaknya ketika menemukannya. "Itu adalah tindakan yang sangat berani," kata Nunez.

Dalam empat tahun terakhir, ibu kota Prancis telah diguncang oleh serangan besar yang mengakibatkan korban tewas massal.

Pada Oktober tahun lalu, empat orang ditikam hingga mati di markas polisi Paris oleh Mickael Harpon, seorang ahli IT yang bekerja untuk polisi. Jaksa mengatakan bahwa penyerang, yang ditembak mati oleh polisi, telah berada di bawah pengaruh kelompok Islam radikal.

Pemboman terkoordinasi dan penembakan oleh gerilyawan ISIS pada November 2015 di teater Bataclan dan lokasi lain di sekitar Paris menewaskan 130 orang. Itu menjadi serangan paling mematikan di Prancis sejak Perang Dunia II yang kedua.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Menyerang Secara Acak

Ilustrasi pisau penusukan
Ilustrasi (iStock)

Menurut laporan BBC, serangan terjadi sekitar pukul 14.00 waktu setempat (13.00 GMT) dan target tampaknya telah dipilih secara acak.

Polisi Paris kemudian menyarankan orang untuk menghindari daerah dekat dengan taman Hautes-Bruyères.

Jaksa penuntut kasus kontra-terorisme Prancis kini tengah melakukan penyidikan di tempat kejadian. Sementara pihak berwenang berusaha mengidentifikasi penyerang.

Pihak kepolisian Paris mengatakan mereka sedang menginvestigasi beberapa saksi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya