Liputan6.com, Jakarta - Virus Corona jenis baru bernama 2019-nCoV yang mewabah di Wuhan, China, telah menewaskan 106 orang, hingga Selasa (28/1/2020). Virus Corona jenis sebelumnya adalah MERS (Middle East Respiratory Syndrome-related coronavirus) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Virus Corona jenis MERS ditemukan pada pertengahan Juni 2012. Sang penemu adalah dr Ali Mohamed Zaki, virologis di Dr Soliman Fakeeh Hospital Jeddah, Arab Saudi.
Kala itu, Zaki menerima panggilan dari seorang dokter yang khawatir mengenai kondisi pasiennya. Pasien berusia 60 tahun itu mengalami pneumonia dan dokter tersebut meminta Zaki mengidentifikasi virus itu.
Advertisement
Zaki kemudian mengirimkan contoh hasil laboratorium pasien itu ke Erasmus Medical Centre di Rotterdam, Belanda. Ketika dia menunggu hasil tes dari laboratorium itu, Zaki menguji coba sample virus dari si pasien.
Hasilnya begitu mengejutkan. Tes menunjukkan hasil positif. Dia menemukan infeksi virus patogen dari Virus Corona.
Tapi, Zaki menemukan keanehan karena adanya infeksi yang lebih berbahaya dari SARS, jenis Virus Corona sebelumnya. Zaki segera mengirim pesan ke laboratorium di Belanda untuk meningkatkan kewaspadaan.
Tes dari laboratorium pun mengonfirmasi pesan, virus itu berbeda dari Corona yang sebelumnya.
Untuk meningkatkan kewaspadaan, Zaki mengunggah pesan ke proMED, sistem internet untuk melaporkan penyakit berinfeksi dan penyebarannya ke ilmuwan dan dokter.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Malah Dipecat
Sepekan kemudian, Zaki kembali ke Mesir, kampung halamannya. Dia mendapati kontraknya terhenti karena desakan Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
"Mereka tidak suka ini (virus) muncul di proMED. Mereka memaksa rumah sakit untuk mengakhiri kontrak saya," kata Zaki kepada The Guardian, pada 2013.
"Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan saya karena ini, tetapi itu adalah tugas saya. Ini adalah virus yang serius," ujar dia.
Betapa seriusnya masalah tersebut saat itu. Sementara Zaki telah bekerja untuk mengidentifikasi virus, kesehatan pasien telah menurun.
Pneumonianya memburuk; napasnya semakin pendek. Ginjal dan organ lainnya mulai goyah dan gagal. Terlepas dari semua obat-obatan dan dialisis, dan ventilasi mekanis untuk membantunya bernafas, pria itu meninggal 11 hari setelah ia tiba di rumah sakit.
Advertisement
Sempat Meneliti Ulang
Jumlahnya belum mengkhawatirkan, tetapi kemunculan MERS yang stabil, dan fakta bahwa infeksi kini telah menyebar dari orang ke orang, telah memicu upaya intensif untuk memahami virus, dan secara diam-diam bersiap untuk yang terburuk.
"Kami tidak tahu apakah virus ini memiliki kemampuan untuk memicu epidemi penuh. Kami benar-benar tak tahu tentang hal itu," kata Ron Fouchier, seorang ahli virologi molekuler di Erasmus Medical Center.
"Kami pikir apa yang kami lihat hanyalah puncak gunung es, tetapi kami tidak tahu seberapa besar gunung es itu, atau di mana letak gunung es itu," ucap dia.
Tidak ada yang tahu dari mana virus itu berasal, namun para ilmuwan punya ide. Ketika para peneliti menjalankan urutan genetik melalui perpustakaan Virus Corona yang mirip jaringan yang berada di kelelawar pipistrelle.
Kecurigaan terhadap virus MERS mendorong pemerintah Arab Saudi untuk memanggil tim Universitas Columbia untuk mensurvei kelelawar di sekitar kota Bisha, Arab Saudi, rumah pasien pertama yang diidentifikasi dengan virus Zaki.
Zaki sekarang bekerja di Universitas Ain Shams di Kairo. Selama bekerja, dia memeriksa sampel darah dari pasien di salah satu rumah sakit kota untuk melihat apakah ada infeksi yang tidak diketahui atau tidak dilaporkan.
Reporter: Maulana Kautsar
Sumber: Dream.co.id