Universitas Oxford Optimistis Vaksin Corona COVID-19 Akan Berhasil

Vaksin untuk Virus Corona (COVID-19) mulai diuji ke manusia oleh Universitas Oxford.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 24 Apr 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2020, 18:35 WIB
Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, London - Universitas Oxford di Inggris memulai uji coba vaksin Virus Corona COVID-19 ke manusia. Ada lebih dari 800 sukarelawan yang bergabung di program ini.

Setengahnya akan disuntik vaksin COVID-19 dan lainnya (control group) diberikan vaksin yang digunakan untuk melawan meningitis. Ini dilaksanakan supaya hanya dokter yang tahu siapa yang mendapatkan vaksin Virus Corona jenis baru.

Para sukarelawan yang ikut uji coba ini mengaku bersemangat bisa terlibat.

"Saya seorang ilmuwan, jadi saya ingin mendukung proses ilmiah kapanpun saya bisa," ujar Elisa Granato seperti dikutip BBC, Jumat (24/4/2020).

Ke depannya, ada tambahan hingga 5.000 sukarelawan. Prioritas dari uji coba ini adalah pekerja sektor kesehatan yang lebih rentan terekspos Virus Corona.

Profesor vaksinologi Universitas Oxford Sarah Gilbert mengatakan 80 persen percaya diri bahwa vaksin Corona ini bisa berungsi. Sebelumnya, Universitas Oxford pernah membuat vaksin untuk virus MERS yang juga menyerang pernapasan.

"Secara pribadi saya punya rasa percaya diri tinggi terhadap vaksin ini," ujar profesor Gilbert yang memimpin pengembangan vaksin.

"Tentunya kita harus mengujinya dan mendapat data dari manusia. Kita harus menunjukan ini benar berfungsi dan menyetop infeksi Virus Corona kepada orang-orang sebelum bisa menggunakan vaksin ini ke populasi yang lebih luas," ucap Profesor Gilbret.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kejar Waktu

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Vaksin ini dibuat dari adenovirus yang berasal dari simpanse. Adenovirus ini sudah dilemahkan sehingga tak bisa menjangkit manusia.

Cara kerjanya, vaksin ini masuk ke dalam sel dan memproduksi spike protein Virus Corona. Hal itu memicu sistem imun memproduksi antibodi dan memproduksi T-cell (Sel T) yang bisa menghancurkan sel-sel yang terinfeksi.

Masih butuh beberapa bulan untuk mengetahui vaksin ini akan berfungsi. Profesor Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group, berkata pihaknya sedang mengejar waktu sebelum epidemi ini berakhir.

"Kami kejar-kejaran dengan gelombang epidemi ini. Jika kita tak lebih duluan, kita tidak akan tahu apakah vaksin ini bisa berfungsi dalam beberapa bulan kedepan. Tetapi kami memperkirakan akan ada lebih banyak kasus di masa depan karena virus ini belum lenyap," ujar Profesor Pollard yang memimpin uji coba vaksin ini.

Pihak Oxford menolak untuk sengaja menginfeksi sukarelawan dengan Virus Corona untuk mendapatkan hasil, sebab dinilai tidak etis, terlebih lagi virus ini belum ada obatnya.

Sukarelawan yang telribat dimonitor selama beberapa bulan ke depan. Risikonya yang didapat di antaranya nyeri lengan, sakit kepala, atau demam selama beberapa hari usai mendapat vaksin.

Meski secara teori bisa ada risiko, tim Oxford berkata risiko vaksin ini memperparah penyakit ini hanya minimal.

1 Juta Dosis pada September

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Targetnya, jika vaksin ini berhasil, diharapkan ada satu juta dosis vaksin yang siap pada September mendatang. Tim Oxford ingin memastikan punya dosis yang cukup di Inggris dan negara berkembang yang membutuhkannya.

Namun, keputusan itu tidak dapat diambil pihak universitas.

Masih di Inggris, Imperial College London juga berharap mulai uji coba vaksin pada manusia di Juni mendatang. Kedua universitas itu mendapat pendanaan 40 juta pound sterling dari pemerintah.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock memuji kedua tim tersebut. Ia berjanji pemerintah Inggris akan memberi dukungan penuh pada pengembangan vaksin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya