Warga Australia Tak Boleh ke Luar Negeri hingga 17 September

Kebijakan ini turut berdampak ke penduduk tetap (permanent resident) di Australia.

diperbarui 15 Jun 2020, 21:04 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2020, 20:45 WIB
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)

Melbourne - Pemerintah Australia memutuskan agar warga negara dan penduduk tetap di negara itu tak boleh ke luar negeri hingga 17 September mendatang. Keputusan ini tak terlepas dari dampak pandemi Virus Corona COVID-19.

Dilaporkan ABC Indonesia, Senin (15/6/2020), warga baru bisa bepergian ke luar negeri, jika nantinya Australia memiliki perjanjian khusus, seperti yang sekarang sedang dirundingkan bersama Selandia Baru dengan sebutan 'Trans Tasmania buble'.

Bulan Maret lalu, Pemerintah Australia mengeluarkan keputusan melarang warganya bepergian dan larangan itu akan berakhir Rabu 17 Juni.

Namun beberapa media lokal di Australia mengatakan Departemen Kesehatan sudah dengan 'diam-diam' memperpanjang larangan tersebut sampai tanggal 17 September.

Walau saat ini tidak banyak negara yang membuka diri untuk kedatangan turis, larangan tersebut harus diperpanjang karena urusan asuransi.

Departemen Kesehatan mengatakan perpanjangan dilakukan untuk memastikan pemerintah Australia memiliki sejumlah kekuatan untuk mengatasi pandemi yang masih berlangsung.

Dengan pembatasan tersebut, warga yang sebelumnya sudah membeli tiket atau membeli paket liburan di luar negeri bisa mendapat ganti rugi dari pihak asuransi, karena larangan bepergian resmi dikeluarkan oleh pemerintah Australia.

Belum ada kejelasan apakah larangan itu nantinya akan dicabut pada tanggal 17 September.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Peserta Unjuk Rasa Tertular Corona

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Masih terkait pandemi, sudah ada dua orang peserta unjuk rasa 'Black Lives Matter' di Melbourne pekan lalu yang positif terkena COVID-19.

Dia adalah seorang perempuan yang hadir dalam unjuk rasa 6 Juni lalu dan merupakan satu dari 12 kasus baru di negara bagian Victoria dalam 24 jam terakhir.

Kasus baru ini membuat total yang positif di Victoria berjumlah 1.732 orang.

Kepala Bidang Medis Victoria, Profesor Brett Sutton mengatakan peserta unjuk rasa tersebut mengenakan alat perlindungan diri (APD) ketika hadir di unjuk rasa dan kecil kemungkinan ia menularkan kepada orang lain.

Profesor Suton mengatakan kasus kedua ini tidak memiliki hubungan dengan kasus pertama yang sudah dinyatakan positif tertular virus corona minggu lalu.

Dalam kasus baru lainnya, Profesor Sutton mengatakan terdapat tujuh kasus berhubungan dengan sebuah keluarga di Coburg, sehingga klaster tersebut kini berjumlah 11 orang.

Klaster ini tersebar di tiga lokasi, yakni Coburg, Pakenham dan Broadmeadows.

Dua sekolah yang ditutup untuk dibersihkan tersebut adalah Sekolah Dasar St Dominic's di Broadmeadows dan Sekolah Dasar Pakenham Springs.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya