Pinot W. Ichwandardi, Animator Musik Video Twenty One Pilots

Banyak karya anak bangsa yang melintas di dunia seni internasional, salah satunya adalah Pinot W. Ichwandardi yang menggarap musik video dari pemengang Grammy's, Twenty One Pilots

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jul 2020, 18:35 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2020, 18:35 WIB
Pinot W. Ichwandardi bersama keluarga
Pinot W. Ichwandardi (kiri) bersama keluarga (Credit to: Pinot W. Ichwandardi)

Liputan6.com, Jakarta - Pada Mei 29 2020 lalu, duo grup asal Amerika, Twenty One Pilots merilis video lirik untuk lagu "Level of Concern" yang ditujukan di tengah pandemi COVID-19 ini. Lirik lagu ini digarap oleh salah satu animator Indonesia, asal Surabaya, Pinot W. Ichwandardi. 

Ya benar, Twenty One Pilots, duo grup asal Amerika yang juga pemenang Grammy's Award. Hal ini tentu membuat orang Indonesia semakin bangga terhadap kiprah Pinot, yang  telah menorehkan banyak prestasi di dunia seni, termasuk menjadi finalis untuk kategori animasi di Tribecca Film Festival.

Pinot W. Ichwandardi sendiri seorang lulusan Desain Grafis dari ITB (Institu Teknologi Bandung), dari halaman Twitternya juga, Pinot membagikan ceritanya bisa pergi ke negeri Paman Sam tersebut. Dirinya bercerita bahwa keluarganya bukan keluarga yang sangat berkecukupan, untuk sekolah saja dirinya harus berusaha bekerja keras. 

Awalnya, karier Pinot di luar negeri diawali di Kuwait, karena saat itu honor yang dapat diterimanya bisa mencapai tiga kali lipat daripada di Jakarta. Selama tinggal di Kuwait lima tahun, Pinot pun juga iseng-iseng bermain aplikasi Vine yang menunjukan karya-karya nya. Tak lama kemudian dirinya mendapatkan undangan dari Twitter London. 

Beberapa kesempatan pun datang kepada Pinot dan keluarga hingga akhirnya dirinya mendapatkan tawaran di New York, Amerika. 

Yang menarik dari salah musik video "Level of Concern" ini adalah teknik stop motion yang kerap digunakan oleh sturadara Tim Burton untuk filmnya yang berjudul "Corpse Bride" dan "Frankenweenie."

Alasan untuk tetap mempertahankan gaya yang klasik ini adalah kesan personal touch yang dapat diberikan oleh Pinot kepada setiap karyanya. Hal ini juga memberika Pinot kesan yang berbeda dengan orang-orang yang berada di Industrinya. 

Pinot juga mengatakan bahwa sosok ayahnya yang memberikan dirinya ide untuk tetap berkreasi. 

"Inspirasi saya adalah ayah saya. Dirinya lah yang mengajarkan saya tentang kreativitas, komik, animasi, ilustrasi, videography, cinematografi, dan bagaimana untuk memelihara mimpi kita akan tetap menjadi navigasi hidup," ujarnya. 

Kepada Liputan6.com, Pinot membagikan cerita bahwa tak ada satu proyek yang paling spesial, karena semuanya memiliki arti yang sangat penting baginya. 

Pada tahun 2018 lalu, Pinot sendiri masuk dalam nominasi konten kreator, XYZ Day yang diadakan oleh KapanLagi. 

Pinot juga kerap kali berbagi kegiatan nya yang juga mengikut serta kan anak-anaknya. Namun sebenarnya Pinot ingin mengajarkan mengenai problem solving, untuk mengesekusi ide menjadi kenyataan. 

Salah satu kegiatan yang bisa Anda lihat adalah proyek "Kulari ke Pantai" yang bisa dilihat di situs Instagramnya. 

"Sebenarnya dalam proyek keluarga, anak-anak memiliki porsi spesifik pada proyek tertentu. Saya rasa, mereka berpartisipasi 10-20 persen. Namun, tujuan dari proses tersebut adalah mengajarkan mereka bagaimana sebuah proses yang dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Ini juga memberikan pengalaman dan pengertian kepada mereka untuk membuat suatu ide menjadi kenyataan," tulisnya dalam sebuah surel kepada Liputan6.com.

Simak video pilihan berikut:

Cara Menghadapi

Di tengah pandemi ini yang membuat orang kehilangan banyak kesempatan bahkan ide, hal ini bukan berarti akhir dari segalanya. Sebagai seorang seniman, tentu Pinot pernah merasakan apa itu "artist block." Dimana seorang seniman tidak dapat mendapatkan aliran ide yang banyak, atau bahkan kehilangan passion nya dalam bidang tersebut. 

Namun Pinot berbagi bahwa hal itu seharusnya menjadi tantangan yang baru untuk orang tersebut. Salah satu cara untuk Pinot tidak kehilangan passion nya atau menghindari artists block tersebut adalah melakukan kegiatan lain atau diversifikasi, sebelum kembali untuk mengerjakan pekerjaannya. 

Baginya sebuah limitasi bukan berarti akhir dari segalanya, namun limitasi itu adalah kunci untuk orang-orang dapat membuka pintu lainnya untuk pengalaman baru. 

 

Reporter: Yohana Belinda

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya