Liputan6.com, Mindanao - Setidaknya 1.300 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat badai yang melanda wilayah selatan Filipina pada 3 September 1984.
Topan Ike menghantam Provinsi Surigao del Norte di Pulau Mindanao, Filipina selatan, dengan kecepatan angin hingga 185 km per jam.
Baca Juga
Dikutip dari BBC On This Day, Kamis (3/9/2020), sejak topan mulai terjadi dua hari sebelumnya, para pejabat khawatir akan adanya lebih banyak korban tewas.
Advertisement
Akibat topan tersebut, puluhan orang dinyatakan masih hilang dan lebih dari 20.000 orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal.
Ratusan pohon kelapa tumbang akibat angin kencang, dan menghancurkan tanaman pokok di daerah itu.
pohon-pohon yang tumbang itu digambarkan oleh Gubernur pulau pada saat itu, Rolando Geotina, sebagai "garis kehidupan masyarakat".
Ia juga mengatakan bahwa "akan membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun sebelum pohon-pohon tersebut untuk pulih."
Saksikan Video Berikut Ini:
Topan Paling Mematikan Sejak Perang Dunia II
Presiden Filipina pada saat itu, Ferdinand Marcos, mengumumkan bahwa dia telah menyisihkan $4.000.000 (sekitar Rp 59 miliar) untuk bantuan, namun menolak tawaran bantuan dari luar.
Bencana ini menyusul topan lain yang melanda Filipina pada awal tahun 1984.
Sebanyak 2,4 juta orang Filipina terkena dampak akibat kedua badai tersebut. Sementara itu, satu juta orang kehilangan tempat tinggal dan 4.353 orang tercatat meninggal dunia setelah badai usai.
Sejak Perang Dunia II, Ike diketahui menjadi topan paling mematikan di Filipina.
Advertisement