Singapura Distribusikan Token Pelacak COVID-19 Guna Cegah Penyebaran Virus

Pemerintah Singapura membagikan token pelacak COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Sep 2020, 10:24 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2020, 07:30 WIB
Ilustrasi Singapura
Ilustrasi Singapura (AP/Wong Maye-E)

Liputan6.com, Jakarta - Singapura telah mulai mendistribusikan token pelacakan kontak Bluetooth kepada lima juta penduduknya. Langkah itu untuk membantu menahan penyebaran Virus Corona COVID-19.

Token, yang dapat dikenakan di lanyard atau dibawa, adalah versi perangkat keras dari aplikasi pelacakan kontak yang sudah ada yang diluncurkan pada bulan Maret. Demikian seperti dikutip dari laman BBC, Selasa (15/9/2020).

Seperti aplikasi, mereka menggunakan Bluetooth untuk mencari perangkat pengguna lain dan kemudian mencatat setiap kontak dengan perangkat tersebut.

Pemerintah Singapura juga berharap token akan membantu membuka kembali kegiatan ekonomi lebih lanjut, dengan memungkinkan konferensi untuk dimulai kembali dan memberikan penelusuran yang lebih baik dalam pengaturan risiko yang lebih tinggi, seperti hotel, bioskop, dan pusat kebugaran yang sibuk.

Peluncuran awal terjadi di daerah-daerah dengan konsentrasi lansia yang lebih besar, yang memiliki risiko kesehatan lebih besar dari COVID-19 dan cenderung tidak memiliki prtangkat ponsel canggih.

Tetapi token tersebut akan tersedia untuk semua warga negara, termasuk warga asing.

Penduduk Singapura saat ini diwajibkan untuk melakukan check-in sebelum memasuki toko dan gedung perkantoran menggunakan sistem SafeEntry terpisah, yang menggunakan kode QR untuk mencatat kehadiran pengguna.

Untuk beberapa aktivitas berisiko tinggi, SafeEntry sekarang juga akan membutuhkan aplikasi atau token untuk check in.

Beri Privasi Lebih

Tempat Wisata di Singapura Sepi
Para wisatawan mengunjungi Taman Merlion di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19. (Xinhua/Then Chih Wey)

Seorang konsultan yang memberikan masukan tentang token tersebut mengatakan itu adalah pilihan yang lebih baik bagi siapa pun yang peduli tentang privasi.

"Saya lebih suka menggunakan token daripada aplikasi," kata Bunnie Huang, yang mengantre untuk mendapatkan token pada hari pertama ketersediannya.

Seperti aplikasi, informasi disimpan di token, dibersihkan secara teratur dan hanya diunggah - atau dalam kasus token diserahkan secara fisik - ke Kementerian Kesehatan jika pengguna dinyatakan positif.

Token dapat dibawa dengan tali pengikat atau di dalam tas, dan tidak memerlukan ponsel pintar untuk menjalankannya.

Keuntungan dari versi khusus perangkat keras, kata Huang, adalah pembaruan perangkat lunak tidak memungkinkan secara diam-diam mengaktifkan data lokasi atau sensor lain tanpa diketahui pengguna.

"Dengan token itu, jika saya ingin melepasnya, saya tahu bagaimana cara menghancurkannya," katanya.

Token tersebut juga akan membantu melindungi orang-orang yang tidak memiliki ponsel pintar, dan mereka yang mengalami masalah fungsionalitas dengan aplikasi tersebut, katanya.

 

Negara Pertama Rilis Aplikasi Pelacakan Kontak Secara Nasional

FOTO: 55 Tahun Kemerdekaan Singapura
Masyarakat menyaksikan perayaan Hari Kemerdekaan di Singapura, Minggu (9/8/2020). Singapura pada 9 Agustus 2020 memperingati 55 tahun kemerdekaannya. (Xinhua/Then Chih Wey)

Singapura adalah negara pertama yang memperkenalkan aplikasi pelacakan kontak secara nasional pada bulan Maret.

Sejak itu, sekitar 2,4 juta orang telah mengunduh aplikasi tersebut, dengan sekitar 1,4 juta menggunakannya pada bulan Agustus.

Tokoh pemerintah Singapura telah lama mengakui bahwa angka-angka itu perlu ditingkatkan untuk membuat aplikasi dan token menjadi efektif.

Tetapi Kementerian Kesehatan mengatakan program tersebut telah membantu mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengkarantina kontak dekat kasus COVID-19 dari empat hari menjadi dua hari.

Singapura pun menjadi lebih antusias tentang aplikasi pelacakan kontak daripada banyak negara lain, yang lebih lambat dalam memperkenalkan aplikasi atau kesulitan memanfaatkannya.

Inggris dan Wales, misalnya, tidak akan memperkenalkan aplikasinya hingga akhir bulan ini, sementara Australia telah berjuang untuk mendapatkan informasi apa pun dari aplikasi yang tidak didapatnya melalui pelacakan kontak biasa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya